Pantauan Kompas.com, tak jauh dari lokasi insiden Syahrul. Terdapat sebuah pos jaga yang dibangun PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Pos tersebut terlihat masih baru, hal itu dibuktikan dari warna cat yang masih menyala dan terlihat bersih.
Baca juga: Terseret Arus Saat Menyebarang Sungai, Pria di Sinjai Ditemukan Tewas Setelah 2 Hari Pencarian
Namun, pos tersebut masih kosong. Tidak ada petugas palang pintu kereta api yang berjaga, sedangkan di sebelah pos merupakan akses menuju Kampung Gandok.
Engkos (40) ayah Syahrul mengatakan, hingga saat ini belum ada petugas palang pintu yang berjaga di sana.
Kalau pun ada, itu merupakan warga sekitar yang tergerak hatinya lantaran khawatir ada korban kecelakaan.
"Jalan itu yang dimaksud bapak saya tadi (Tohid) yang memutar. Tapi sama aja kondisinya," ujar Engkos.
"Jadi kalau ada warga yang jaga ya itu hasil swadaya, palang pintunya juga dari kayu kalau ga ranting, biar ngasih tau pengendara aja kalau misalkan mau ada kereta lewat," sambung dia.
Kerap Memakan Korban
Selain anaknya, Engkos mengaku, lintasan tersebut kerap memakan korban jiwa.
Lebaran tahun lalu, ada warga Garut meninggal dunia akibat tertabrak kereta api.
"Sering di situ mah, tahun kemarin pas lebaran juga tiga orang perempuan meninggal, lagi lewat abis dari saudaranya, aslinya dari Garut," tutur dia.
Engkos yang merupakan warga asli Kampung Gandok kerap menyaksikan kecelakaan yang terjadi di lintasan tersebut akibat tidak adanya rambu-rambu, palang pintu kereta dan petugas jaga.
"Hampir satu tahun sekali memakan korban karena tidak ada plang pintu, mobil juga pernah," ujarnya.
Baca juga: Cerita di Balik Video Pengantin Wanita Seorang Diri di Pelaminan Tanpa Mempelai Pria di Magetan
Sementara itu, pihak LBH API yang diminta bantuan mengurusi klaim ganti rugi Syahrul kepada Jasa Raharja mendorong dan meminta agar Pemda Kabupaten Bandung berkomunikasi dengan pihak PT KAI.
Komunikasi tersebut dimaksudkan untuk membangun palang pintu kereta, menyiapkan rambu-rambu dan menyiagakan petugas.
"Sejauh ini kami baru mengurus kepentingan administrasinya saja, yang jelas kami minta pemerintah dan PT KAI agar segera melakukan kolaborasi melakukan langkan preventif supaya ini tak terjadi lagi. Bantuan secara pribadi kepada korban atau secara umum memberikan fasilitas keamanan untuk hajat hidup orang banyak," kata Billy Maulana Cahya, Ketua Umum LBH ditemui terpisah.
Kini Syahrul tercatat dalam rentetan nama korban kecelakaan kereta api di Kampung Gandok.
Selain itu, baik Tohid dan Engkos serta warga sekitar harus kembali bersabar menunggu kebijakan ihwal keselamatan bagi mereka yang hidup tak jauh dari lintasan kereta.
Mereka dipaksa terus merekam peristiwa pahit serta menghitung lagi berapa kepala keluarga yang harus kehilangan anggotanya akibat kecelakaan kereta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.