Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terinspirasi dari Camilan Gurilem, Difabel Jabar Ciptakan Corak Batik Khas Lokal

Kompas.com - 25/05/2022, 14:17 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Sebanyak 70 pemuda di Jawa Barat mengikuti keterampilan yang diselenggarakan Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Barat.

Puluhan pemuda yang terdiri dari penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan kelompok difabel itu mendapat bekal soft skill untuk menciptakan sebuah karya.

Di antara mereka, sejumlah difabel sudah berhasil menciptakan puluhan hingga ratusan kain batik dengan beragam corak. Ada pula corak batik yang terinspirasi oleh camilan khas Cililin, yakni kerupuk Gurilem.

Baca juga: Kisah Amin Hambali, Mahasiswa Difabel Netra yang Bermimpi Jadi Penulis

Ide itu tercetus oleh Rahmat Hidayat (28), seorang pemuda difabel asal Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

"Saya pengin bikin batik corak Gurilem. Gurilem itu kan dari daerah saya, jadi ingin mengangkat dan mengenalkan jajanan lokal," tutur Rahmat di Panti Pemberdayaan Bina Sosial Remaja (PPBSR) Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Rupanya Rahmat bukan kali ini saja menyumbang karya seni lukis. Sebelumnya, hasil karya Rahmat sudah melanglangbuana hingga laris di kalangan sejumlah artis.

Di tengah keterbatasan fisik, Rahmat berhasil menciptakan desain fesyen yang diminati oleh desainer terkenal di kalangan selebritis.

"Pernah dibeli sama Eko Tjandra, Anne Avantie, sampai Ivan Gunawan. Desainnya lalu dibuat baju," ujar Rahmat.

Tak mau kalah, Tami (16), salah satu difabel rungu juga sudah melahirkan karya-karya kain batik yang diminati masyarakat umum.

Baca juga: Buktikan Miliki Kualitas, Atlet Bandung Barat Bawa Pulang 7 Medali SEA Games

Bukan hanya melukis, kain-kain batik karya Tami juga sering dipakai para pejabat pemerintahan untuk digunakan di kegiatan-kegiatan formal maupun nonformal.

"Ke depannya, Tami ingin menjadi pembatik yang andal dan memiliki karya yang berkarakter," kata Tami.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Dodo Sunendar menyebutkan, program pelatihan batik ini merupakan bagian dari revitalisasi untuk meningkatkan kemandirian alumni dari panti sosial dalam bidang sosial dan ekonomi.

“Kami ingin membangun kemandirian sekaligus kepercayaan diri mereka. Bonusnya mereka juga mendapatkan penghasilan sehingga tidak lagi bergantung pada orangtuanya,” ungkap Dodo.

Menurut dia, remaja memiliki masalah sosial yang terbilang kompleks. Namun, pihaknya harus membantu dengan pemecahan masalahnya.

Baca juga: Motif Batik yang Boleh Dipakai dan yang Dilarang untuk Pernikahan

Untuk menjawab persoalan sosial remaja itu, Dinsos Jabar menyiapkan beberapa program pelatihan keterampilan, seperti pelatihan barista, pembuatan batik, petani modern, potong rambut, dan pengolahan pangan.

“Kami menyediakan tempatnya. Ada kafe dan barbershop. Ini sekaligus tempat mereka mencari pengalaman,” papar Dodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com