Awal Juli, Ghina sudah memberikan cairan ekoenzim yang siap pakai kepada para peternak sapi perah yang terjangkit PMK.
Peternak itu menyemprotkan ke mulut dan kuku sapi yang luka. Ghina mendapat laporan setelah satu pekan penyemprotan, luka di mulut dan kaki sapi berangsur pulih.
“Testimoni para peternak yang kami terima, bahwa cairan ekoenzim mempercepat pemulihan luka mulut dan kaki. Setelah luka di mulut sembuh, sapi mulai nafsu makan. Dan setelah itu, berangsur pulih dan kuat lagi karena makannya mulai banyak,” kata Ghina berdasarkan laporan peternak yang telah menggunakan ekoezim.
Baca juga: Kasus PMK Terus Meluas, Pemkab Klaten Kembali Perpanjang Pentupan Pasar Hewan
Ghina menyebut, pembuatan dan pemberian cairan ekoenzim kepada para peternak merupakan sukarelawan.
Komunitas Ecoenzym merasa prihatin terhadap penyebaran PMK yang kian meluas ke berbagai daerah dan menjangkiti ribuan sapi.
Hingga Selasa (21/6/2022), sekitar 500 liter cairan ekoenzim sudah didistribusikan secara bertahap kepada para peternak.
“Motivasi kami adalah prihatin dan peduli. Kami sukarelawan. Kami merasa terpanggil dan berusaha berkontribusi untuk teman-teman peternak satu daerah Kuningan. Dan Alhamdulillah, setelah terlihat hasilnya, peternak dan bahkan dinas, ramai-ramai membuat cairan ekoenzim,” tambah Ghina.
Iding Karnadi, peternak sapi perah, yang juga menjabat Ketua Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha Jaya Cigugur (KSU KNJ) Kuningan menyampaikan, awal pekan bulan Juli, Iding sudah rutin menyemprotkan cairan Ekoenzim ke mulut dan kuku sapinya.
Beberapa hari lalu, Iding kembali meninjau sapi-sapinya mulai nafsu makan. Luka di mulut dan kakinya juga pulih.
“Alhamdulillah ekoenzim membantu memulihkan luka di mulut dan kuku. Yang tadinya sapi tidak mau makan, dengan disemprot ekoenzim sekitar mulutnya, tiga hari sudah mulai makan. Luka di kaki juga antara lima-enam hari mulai kering. Kecuali di kuku, sapi perah sering kena air, jadi agak lama,” kata Iding kepada Kompas.com di lokasi yang sama.
Baca juga: Kasus PMK di Lombok Tengah Terus Meningkat Jelang Idul Adha, Ini Langkah Pemkab
Ekoenzim, kata Iding, jadi obat alternatif. Ini lebih baik, karena ekoenzim organik, ramah lingkungan, dan lebih aman terhadap jaringan sel mulut dan kaki sapi.
Dia menyemprotkan ini kepada seluruh sapi yang berada di kandangnya sekitar 35 ekor.
“Total di kandang ada 35 ekor sapi yang kena PMK, dan yang sembuh sekitar 30-an. Karena ada yang diafkir, dan ada juga korban (mati) itu sapi yang masih anak, pedet. Kena virus PMK sangat bahaya dan rentan,” tambah Iding.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.