CIREBON, KOMPAS.com – Masa sosialisasi penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk transaksi pembelian minyak curah sudah berlangsung selama satu pekan.
Sejumlah pedagang dan pembeli sudah mendengar informasi tersebut dari berbagai media.
Namun, sebagian masyarakat yang sudah berusaha mencoba, tetap merasa kesulitan.
Bahkan sebagian besar pembeli yang berusia lanjut, memilih tidak mencoba sama sekali karena sulit.
Fakta lapangan itu ditemukan di pasar tradisional, Pasar Sumber Kabupaten Cirebon, pada Senin (4/6/2022) pagi hari.
Sebagian besar pedagang dan pembeli mengaku sudah mendengar informasi masa sosialisasi tersebut.
Mereka menyadari pemerintah telah mensyaratkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi tiap kali pembelian minyak goreng curah dengan alasan pengawasan.
Namun, pada praktik di lapangannya, transaksi tersebut dinilai menyulitkan. Mereka kerepotan karena harus mengeluarkan alat komunikasi, membuka aplikasi, dan mengikuti beberapa tahapannya, hanya untuk mendapatkan minyak goreng curah.
Salah satunya adalah Aminah (59), warga asal Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Sebagai pembeli, dia mengaku sudah mendengar, kebijakan yang sudah ramai sejak satu pekan lalu.
Baca juga: Simak Cara Membeli Minyak Goreng Curah Pakai PeduliLindungi
Informasi itu dia dengar di beberapa stasiun televisi. Bahkan dia merasa diedukasi atau diajarkan cara penggunakan aplikasi PeduliLindungi saat hendak membeli minyak goreng curah.
Tapi, dia memutuskan tetap menolak pembelian menggunakan aplikasi PeduliLindungi dengan alasannya karena dia tidak bisa menggunakan ponsel berbasis android. Dia juga tidak tahu aplikasi PeduliLindungi tersebut.
“Sudah. Sudah mendengar dan tahu dari televisi. Tapi ga lah. Repot. Kalau gitu caranya dikukus ajalah, enggak usah goreng-goreng lagi. Ya iya tambah repot. Orang ke pasar bawa KTP, bawa HP, jadi ya, duh. Belum tahu cara pakainya, pakai hpnya saja tidak bisa,” kata Aminah kepada Kompas.com di Pasar Sumber.