Menurut Amud, bisa saja para sopir angkot menyepakati, namun harus disejahterakan dulu kondisi ekonominya.
"Ya harus diperbaiki dulu keadaan supir angkot, misalnya berapa banyak yang punya HP Android, pemerintah harus bisa memastikan itu," tambahnya.
Amud berharap, kebijakan penggunaan aplikasi MyPertamina tidak menyentuh supir angkot.
"Saya berharapnya gitu, gak nyentuh supir angkot. Biar apa, kan ini khusus yang bersubsidi harusnya gak perlu syarat dong," sambungnya.
Sementara itu, supervisior di salah satu SPBU di Kabupaten Bandung Nanang Ushuludin (35) mengaku, saat ini seluruh SPBU masih mengawali dengan proses pendaftaran ke aplikasi Mypertamina.
"Masih proses pendaftaran, kebijakan sampai kapannya belum ada," katanya.
Nanang mengakui, banyak menerima pertanyaan dari pengendaraan terkait aplikasi Mypertamina.
"Banyak, pertanyaannya macem-macem, ada yang belum bisa masuk, minta di daftarin dan lain-lain," tambahnya.
Berbeda dengan di Kota Bandung, beberapa SPBU sudah mulai mendirikan stand untuk pendaftaran Mypertamina.
SPBU Cikadut, Kota Bandung misalnya, pantauan Kompas.com di SPBU tersebut sudah menyiapkan gerai registrasi pendaftaran MyPertamina.
Baca juga: Cara Daftar MyPertamina untuk Beli Pertalite di SPBU Kota Yogyakarta
Supervisior SPBU Cikadut Muhamad Yusuf membenarkan bahwa gerai registrasi tersebut disiapkan untuk pendaftaran.
"Iya semacam gerai, untuk pendaftaran saja. Kalau membeli mah masih kok pakai cash," ujarnya.
Khusus untuk gerai registrasi, kata dia, belum ada di semua SPBU tapi sosialisasi sudah dimulai.
"Iya belum semua, terkait kebijakan kita masih nunggu cepat atau lambat itu targetnya satu bulan, tapi itu bisa berubah sewaktu-waktu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.