Perawatan tanaman hias Kuping Gajah cukup mudah, terutama bagi yang hobi.
Namun hal yang paling kerap dilupakan oleh para kolektor tanaman hias, terutama jenis Kuping Gajah, yakni habitat aslinya.
"Kalau buat pemula memang mungkin ada kesulitan. kalau satu jenis itu sebetulnya ga sulit, yang sulit itu Kalau kita merawat beberapa jenis yang tidak familiar. Yang pada akhirnya kita memperlakukan sama, padahal mah beda," kata dia.
Bagi para pemula yang mau memulai dengan tanaman hias Kuping Gajah, kata dia, harus memperhatikan beberapa hal.
Mulai dari memahami jenis dan karakter, hingga menyiapkan sebisa mungkin habitat dari Kuping Gajah tersebut.
"Contoh gini, ketika kita merawat Sensivera, jenis itu tidak mau dibasahi karena habitat aslinya di daerah gurun. Artinya daerah panas yang cenderung lebih kering," tutur dia.
Namun Kuping Gajah, cocoknya di tempat lembab, matahari pun ga boleh full. Untuk itu, mesti dipakaikan paranet yang berfungsi menyaring sinar matahari.
"Nah, kadang-kadang kalau kita merawat berbagai macam jenis yang berbeda, Kadang-kadang kita memperlakukannya sama, disiram bareng, dijemur bareng, padahal harus sesuai kebutuhannya. Makanya itu kalau mau merawat tanaman supaya bagus jangan terlalu banyak macamnya," tutur dia.
Saat ini, tanaman hias jenis Kuping Gajah yang paling diminati ialah jenis Clarinerphium, Paphilaminum, dan Dagmama.
"Orang-orang itu seleranya beda-beda. Walaupun sama hobinya di anturium tapi dia punya selera masing-masing," ucap dia.
Kalau Clarinerphium menonjolkan karakter. Seperti contohnya Clarinerphium, banyak diminati karena karakternya bagus.
Proses Menyilang Tanaman Hias Kuping Gajah
Tak dipungkiri, Heirimba ( tempat Agus menyimpan tanaman sekaligus toko onlinenya) telah tumbuh pelbagai tanaman hias hasil kawin silang.
Kepada Kompas.com, Agus menyampaikan hal yang harus dipahami saat akan melakukan proses kawin silang. Salah satunya, belajar pada alam.
"Ini ada dua ada yang serbuk, dan ada yang basah. Yang basah itu disebut Motherplant (induknya), lalu kita ambil serbuk dari si pejantan, kita satukan. Misalkan jenis A kita punya serbuknya, jenis B kita punya lembapnya, kita satukan. Karena proses ini kita juga belajar dari alam," jelas dia.
Kendati sukses melahirkan jenis baru dari hasil kawin silang, ia mengungkapkan, potensi kegagalannya cukup tinggi.
"Potensinya tinggi juga, makanya kalau jadi harganya pasti mahal, karena prosesnya memang lebih tinggi tidak jadinya," tuturnya.
Dari kedua tangannya, beberapa jenis tanaman hias Kuping Gajah hasil kawin silang sudah tercipta.
"Ada beberapa jenis cuman belum siap jual. Cuman belum bisa dikatakan berhasil yah, karena belum menonjol, belum kelihatan karakternya, belum gede juga, belum siap jual juga," tutur dia.
Meski belum tumbuh besar, ia yakin tahun-tahun yang akan datang tanaman hias Kuping Gajah hasil kawin silang miliknya akan laku di pasaran.
"Kalau orang lain banyak yang udah jadi, paling banyak itu di daerah Jawa, Malang, dan Batu, kalau kabar itu di Bogor. Seperti contoh Clarinerphium Sulanjana, itu penyilangnya, Kang Jana. Jadi disertakan namanya supaya orang tau bahwa ini silangan Sulanjana," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.