Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjual Tanaman Hias Kuping Gajah, Tembus Pasar Asia hingga Lahirkan Spesies Baru

Kompas.com - 08/07/2022, 17:41 WIB

 

BANDUNG, KOMPAS.com - Memulai hobi tanaman hias sejak 2005, membuat Agus Dedi (54 tahun) berhasil mengubah hobinya tersebut menjadi sumber penghasilan.

Warga Kampung Sukasari RT 04 RW 02 Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini, menggeluti tanaman hias jenis anturium.

Agus memilih Anturium karena unik. Selain itu, entah apa sebabnya, ia begitu mudah jatuh cinta pada jenis tanaman ini.

"Mulainya di Anturium ya, dulu zamannya Gelombang Cinta dan Cemani tuh, waktu itu berjalan 2-3 tahun lah," katanya ditemui Kompas.com, Jumat (8/7/2022).

Baca juga: Cerita Petani di Bandung Sukses Tanam Buncis Kenya hingga Tembus Pasar Singapura

Dunia yang baru digelutinya tak serta merta membuahkan hasil. Saat itu pemasaran tanaman hias jenis Gelombang Cinta merosot dan akhirnya membuat ia terpaksa harus berhenti.

"Ketika orang lain sudah pada punya, akhirnya pemasarannya kan merosot, jadi kita berhenti," tutur dia.

Jauh sebelum memiliki hobi dan berpenghasilan di tanaman hias Anturium, Agus Dedi adalah seorang pekerja swasta.

Karena satu dan lain hal, pria berambut putih tersebut memantapkan diri memulai ikhtiarnya di dunia tanaman hias, terutama jenis Anturium.

"Iya dulu banyak, karena putaran kehidupan lah, dulu kerja di swasta, tapi kita ini keluarlah, karena kendala ekonomi dan lain sebagainya. Jadi 2005 itu sudah fokus di tanaman, paling kerjaan lainnya serabutan, tidak ada yang tetap," ujar dia.

Saat itu, ia harus menghadapi situasi yang pelik, antara kehidupan dan hobi. Akhirnya titik temu pun ia temukan, lalu membawanya lebih jauh bertualang tentang tanaman hias.

"Jadi memang tanaman ini menghasilkan kehidupan, banyak orang-orang yang sudah tertarik itu, dia keluar karena udah punya modal dan udah ngerti putarannya," kata dia.

Agus Dedi (54) warga Kampung Sukasari RT 04 RW 02 Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi pengusaha tanaman hias jenis Kuping Gajah sejak Pandemi Covid-19 melanda. Buah tangannya, berhasil melahirkan jenis Kuping Gajah baru dari hasil kawin silang.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Agus Dedi (54) warga Kampung Sukasari RT 04 RW 02 Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi pengusaha tanaman hias jenis Kuping Gajah sejak Pandemi Covid-19 melanda. Buah tangannya, berhasil melahirkan jenis Kuping Gajah baru dari hasil kawin silang.

Memanfaatkan Waktu Covid-19

Kendati gagal saat memulainya di tahun 2005. Agus tak patah arang. Semangatnya untuk menyambung hidup dari tanaman hias terus bergelora.

Sedikit demi sedikit, ia kumpulkan modal untuk membeli Anturium. Ia kemudian kawin silangkan menjadi jenis baru.

"Ya tapi kan kita ini kehidupan harus tetap berjalan, ya pada akhirnya hobinya berkembang kembali dan teman-teman semua sama begitu pada tinggal di rumah, jadi kita bermain online. Tinggal di rumah tapi kreativitas tetap ada, terpaksa kita bermain bunga lagi karena hobi yang lama, kita hidupkan kembali," ungkapnya.

Suka atau tidak suka, badai Pandemi Covid-19 membawanya pada pintu peruntungan.

Baca juga: Kisah Sukses Saeful, Jual Piyama 300 Lusin per Bulan hingga Malaysia dengan Andalkan Medsos

Memanfaatkan tanaman hias Anturium jenis gelombang cinta serta yang ia beli dengan modal seadanya, membuatnya terus melaju.

"Jenis Anturium, tetapi Anturium yang berbeda, kalau dulu itu jenis Anturiumnya kayak gelombang cinta, dan beberapa yang populer pada waktu itu," ucap dia.

Tagline "di rumah aja" kala Pandemi, betul-betul dimanfaatkannya untuk terus bereksperimen.

"Dan kemarin tahun 2019 ketika covid-19 mulai muncul saya memutuskan bermain lagi karena melihat orang-orang pada tinggal dan beraktivitas di rumah masing-masing," beber dia.

Agus Dedi (54) warga Kampung Sukasari RT 04 RW 02 Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi pengusaha tanaman hias jenis Kuping Gajah sejak Pandemi Covid-19 melanda. Buah tangannya, berhasil melahirkan jenis Kuping Gajah baru dari hasil kawin silang.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Agus Dedi (54) warga Kampung Sukasari RT 04 RW 02 Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi pengusaha tanaman hias jenis Kuping Gajah sejak Pandemi Covid-19 melanda. Buah tangannya, berhasil melahirkan jenis Kuping Gajah baru dari hasil kawin silang.

Anturium Jenis Kuping Gajah

Setelah puas dengan tanaman hias Anturium Gelombang Cinta, tahun 2018, Agus memulai di spesies yang lain, yakni Anturium jenis Kuping Gajah atau yang biasa dikenal Anthurium Crystallinum.

Jenis-jenis Anturium yang ia miliki cukup beragam. Mulai dari dalam negeri hingga belahan dunia.

"Nah sekarang saya mengembangkannya jenis Anturium Kuping Gajah. Tetapi Kuping Gajah itu dari berbagai daerah. Bahkan dari luar pun ada, seperti sekarang yang lagi populer dari Peru dan Amerika, jenis-jenis Regal, Beceae, Luxuryan, itukan tidak ada di kita jadi ambilnya dari luar," ujarnya.

"Jadi tetap main anturium cuman memang jenisnya yang berbeda, dulu gelombang cinta sekarang Kuping Gajah," tambahnya.

Baca juga: Dengar Kisah Sukses Penerima Kartu Prakerja di Surabaya, Menko Airlangga Dorong Anak Muda Berwirausaha

Agus mengaku, ada seratus jenis tanaman Kuping Gajah yang ia koleksi. Sebab makin kesini makin banyak jenisnya. 

Jumlah tersebut, hasil silangan antaran jenis Anturium Kuping Gajah dengan yang lainnya.

"Karena hasil dari silangan-silangan itu kan. Jenis A dan jenis B itu disilang lalu muncul spesies baru," tuturnya.

Khusus di Jawa Barat, Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bogor menjadi lokasi paling dikenal soal tanaman hias.

"Saya di 2018 mulai main, tapi mungkin kalau petani lain kayak yang ada di Bandung Barat, Bogor, kebanyakan kan bukan penghobi yah, lebih ke mata pencahariannya yah bergantung pada tanaman. Kalau saya termasuk penghobi, tapi bagaimana hobi saya ini bisa menghasilkan uang. Karena kehidupan pun harus tetap berjalan kan begitu," ungkapnya.

Tembus Pasar Asia

Agus mengakui, tanaman hias miliknya sudah menembus pasar Asia. Kendati ia mesti menumpang di CV atau perusahaan orang lain.

"Kalau luar negeri paling Asia lah, Vietnam. Tapi itupun saya ga langsung, karena belum punya CV ya. Karena kalau keluar itu harus punya CV. Jadi di Bandung hanya orang-orang tertentu yang punya, yang komunitasnya udah gede," sambungnya.

Tak hanya itu, hampir seluruh wilayah di Indonesia sudah menjadi langganan tanamannya.

"Kalau penjualan lokalnya itu ya Bandung lah, Bogor, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Banten itu semua komunitas ada. Kalau luar pulau ke Bali, Kalimantan, dan Sumatera," tutur dia.

Harga yang ia bandrol pun beragam, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Tergantung jenis, karakter serta tingkat perawatan. Terutama tanaman hias Kuping Gajah hasil silangan.

"Dari ratusan ribu sampai jutaan ada, paling tinggi kita jual di harga Rp 9 juta-10 jutaan. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada yang sampai ratusan juta, cuman di sini hanya yang harga segitu. Kita belum mampu ke arah sana, karena kalau jualnya gitu, otomatis kita belinya juga mahal," ujarnya.

Menurutnya, para pembeli terutama sesama kolektor, memiliki kriteria sendiri dalam memilih tanaman hias, terutama Kuping Gajah.

Adapun, ragam jenis tanaman Kuping Gajah tergantung dari wilayah masing-masing.

"Itu tadi yang utama itu karakter, karena tanaman ini dari berbagai daerah yang berbeda. Misalnya banyak nih Kuping Gajah dengan jenis berbeda, tapi ada satu pulau yang kaya di Indonesia ini," tutur dia. 

Misalnya di Minahasa, jenis Anturiumnya beda, begitupun dengan kuping gajahnya beda. Dari mulai ketebalan hingga tekstur.

Perbedaan ini membuat orang-orang ingin memiliki jenis anturium tersebut.

"Kita punya A tapi tidak yang B. Begitu juga orang lainnya, dia punya jenis A, tapi belum punya jenis B, akhirnya karena hobi dia putar, beli ke kita, kita pun beli ke mereka," tuturnya.

Perawatan Mudah

Perawatan tanaman hias Kuping Gajah cukup mudah, terutama bagi yang hobi.

Namun hal yang paling kerap dilupakan oleh para kolektor tanaman hias, terutama jenis Kuping Gajah, yakni habitat aslinya.

"Kalau buat pemula memang mungkin ada kesulitan. kalau satu jenis itu sebetulnya ga sulit, yang sulit itu Kalau kita merawat beberapa jenis yang tidak familiar. Yang pada akhirnya kita memperlakukan sama, padahal mah beda," kata dia.

Bagi para pemula yang mau memulai dengan tanaman hias Kuping Gajah, kata dia, harus memperhatikan beberapa hal.

Mulai dari memahami jenis dan karakter, hingga menyiapkan sebisa mungkin habitat dari Kuping Gajah tersebut.

"Contoh gini, ketika kita merawat Sensivera, jenis itu tidak mau dibasahi karena habitat aslinya di daerah gurun. Artinya daerah panas yang cenderung lebih kering," tutur dia. 

Namun Kuping Gajah, cocoknya di tempat lembab, matahari pun ga boleh full. Untuk itu, mesti dipakaikan paranet yang berfungsi menyaring sinar matahari. 

"Nah, kadang-kadang kalau kita merawat berbagai macam jenis yang berbeda, Kadang-kadang kita memperlakukannya sama, disiram bareng, dijemur bareng, padahal harus sesuai kebutuhannya. Makanya itu kalau mau merawat tanaman supaya bagus jangan terlalu banyak macamnya," tutur dia.

Saat ini, tanaman hias jenis Kuping Gajah yang paling diminati ialah jenis Clarinerphium, Paphilaminum, dan Dagmama.

"Orang-orang itu seleranya beda-beda. Walaupun sama hobinya di anturium tapi dia punya selera masing-masing," ucap dia. 

Kalau Clarinerphium menonjolkan karakter. Seperti contohnya Clarinerphium, banyak diminati karena karakternya bagus.

Proses Menyilang Tanaman Hias Kuping Gajah

Tak dipungkiri, Heirimba ( tempat Agus menyimpan tanaman sekaligus toko onlinenya) telah tumbuh pelbagai tanaman hias hasil kawin silang.

Kepada Kompas.com, Agus menyampaikan hal yang harus dipahami saat akan melakukan proses kawin silang. Salah satunya, belajar pada alam.

"Ini ada dua ada yang serbuk, dan ada yang basah. Yang basah itu disebut Motherplant (induknya), lalu kita ambil serbuk dari si pejantan, kita satukan. Misalkan jenis A kita punya serbuknya, jenis B kita punya lembapnya, kita satukan. Karena proses ini kita juga belajar dari alam," jelas dia.

Kendati sukses melahirkan jenis baru dari hasil kawin silang, ia mengungkapkan, potensi kegagalannya cukup tinggi.

"Potensinya tinggi juga, makanya kalau jadi harganya pasti mahal, karena prosesnya memang lebih tinggi tidak jadinya," tuturnya.

Dari kedua tangannya, beberapa jenis tanaman hias Kuping Gajah hasil kawin silang sudah tercipta.

"Ada beberapa jenis cuman belum siap jual. Cuman belum bisa dikatakan berhasil yah, karena belum menonjol, belum kelihatan karakternya, belum gede juga, belum siap jual juga," tutur dia.

Meski belum tumbuh besar, ia yakin tahun-tahun yang akan datang tanaman hias Kuping Gajah hasil kawin silang miliknya akan laku di pasaran.

"Kalau orang lain banyak yang udah jadi, paling banyak itu di daerah Jawa, Malang, dan Batu, kalau kabar itu di Bogor. Seperti contoh Clarinerphium Sulanjana, itu penyilangnya, Kang Jana. Jadi disertakan namanya supaya orang tau bahwa ini silangan Sulanjana," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kronologi Pemuda Todongkan Pistol ke Pengendara Motor di Bandung, Bermula dari Senggolan Motor

Kronologi Pemuda Todongkan Pistol ke Pengendara Motor di Bandung, Bermula dari Senggolan Motor

Bandung
Penyebab dan Kronologi Jatuhnya Helikopter Jenis Bel 412 Milik TNI di Ciwidey Belum Diketahui

Penyebab dan Kronologi Jatuhnya Helikopter Jenis Bel 412 Milik TNI di Ciwidey Belum Diketahui

Bandung
Seluruh Penumpang Helikopter TNI AD yang Jatuh di Ciwidey Selamat

Seluruh Penumpang Helikopter TNI AD yang Jatuh di Ciwidey Selamat

Bandung
Helikopter yang Jatuh di Ciwidey Milik TNI AD Berjenis Bel 412

Helikopter yang Jatuh di Ciwidey Milik TNI AD Berjenis Bel 412

Bandung
Helikopter Jatuh dan Terbakar di Ciwidey Bandung

Helikopter Jatuh dan Terbakar di Ciwidey Bandung

Bandung
Kronologi Moge Serempet Santri di Ciamis, Saksi Sebut Tubuh Korban Terpental

Kronologi Moge Serempet Santri di Ciamis, Saksi Sebut Tubuh Korban Terpental

Bandung
Seorang Pasien Tewas Diduga akibat Terjatuh dari Lantai Dua RS Cirebon

Seorang Pasien Tewas Diduga akibat Terjatuh dari Lantai Dua RS Cirebon

Bandung
Moge Serempet Santri, Pimpinan Ponpes Minta Pelaku Bertanggung Jawab: Yang Tertabrak Bukan Ayam, Ini Manusia

Moge Serempet Santri, Pimpinan Ponpes Minta Pelaku Bertanggung Jawab: Yang Tertabrak Bukan Ayam, Ini Manusia

Bandung
Prakiraan Cuaca di Bogor Hari Ini, 28 Mei 2023: Pagi Cerah Berawan, Sore Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca di Bogor Hari Ini, 28 Mei 2023: Pagi Cerah Berawan, Sore Hujan Ringan

Bandung
Mengapa Karawang Dijuluki Kota Pangkal Perjuangan?

Mengapa Karawang Dijuluki Kota Pangkal Perjuangan?

Bandung
Mengapa Cimahi Dijuluki Kota Militer?

Mengapa Cimahi Dijuluki Kota Militer?

Bandung
Moge Serempet Santri, Polisi Sebut Klub Harley Akan Bertanggung Jawab Penuh

Moge Serempet Santri, Polisi Sebut Klub Harley Akan Bertanggung Jawab Penuh

Bandung
Viral Aksi Koboi Pemuda di Bandung Todongkan Senjata Api, Polisi: Itu Mainan

Viral Aksi Koboi Pemuda di Bandung Todongkan Senjata Api, Polisi: Itu Mainan

Bandung
Santri Terserempet Moge di Ciamis, Korban Luka-luka dan Muntah Darah

Santri Terserempet Moge di Ciamis, Korban Luka-luka dan Muntah Darah

Bandung
Korban Pencabulan Guru Ngaji di Kabupaten Bandung Bertambah Jadi 13 Orang

Korban Pencabulan Guru Ngaji di Kabupaten Bandung Bertambah Jadi 13 Orang

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com