Pencapaian Edi untuk mengembangkan kemampuannya tak sampai di situ. Bersama rekan satu timnya, ia pernah menciptakan sebuah website Esubulitas.com.
Sebuah project yang akhirnya membuat ia dan penyandang tunanetra lain tidak dipandang sebelah mata.
Tahun 2020, ia bersama tim berhasil menjuarai sebuah kompetisi teknologi yang diselenggarakan Telkom University, Bandung.
"Padahal kompetitor lainnya menawarkan produk-produk dengan teknologi yang canggih ya, tapi mungkin kita dari segi diferensiasi den presentasinya kita kan menyasar untuk teman-teman tunanetra ya," beber dia.
Mengajar di Pesantren Tunanetra Sam'an Darusudur
Setelah menjadi ahli IT, Edi berfikir bagaimana caranya agar ilmu yang didapatnya bisa bermanfaat.
Kegelisahannya itu berlabuh pada tempat yang telah membangun kembali dirinya, sebuah tempat yang berhasil melahirkan sosok Edi yang baru.
"Nah dari situ saya ditarik lah kembali sama Pak Ridwan untuk ngajar IT di Sam'an karena memang belum ada nih di sini untuk secara langsung," ujar dia.
Baca juga: Cara Warga Dago Bengkok Bandung Kurangi Sampah hingga 2,5 Ton Tiap Pekan
Alasan Edi ingin mengajarkan kemampuannya itu, tak jauh agar para penyandang Tunanetra memiliki keyakinan dan kemampuan atas dirinya sendiri tanpa harus merasa malu dengan kondisi fisiknya.
"Menurut saya saat ini peluang kerja untuk teman-teman tunanetra itu terbuka lebar ya di bidang IT karena memang kemajuan teknologi itu memang memudahkan kita.
Sekarang yang ngembangin akun Instagram dan YouTube di Sam'an itu salah satunya dirinya sebagai konten kreator.
Di Pesantren Sam'an, Edi mengajarkan pembuatan program dan coding untuk menciptakan website.
Edi berharap, teman-teman sesama tunanetra memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebab banyak teman-teman disabilitas ketergantungan orang lain.
"Mungkin mandiri secara utuh memang tidak bisa, tapi bagaimana sebisa mungkin kita berusaha untuk bisa mandiri dengan kemauan dan kemampuan kita," ungkap dia.
Tak hanya untuk penyandang tunanetra saja, Edi meminta masyarakat umum tak inklusif terhadap para penyandang tunanetra.
"Biasakan untuk berbaur, kadang muncul kecanggungan, ya sudah hadapin aja gitu. Karena saya sebelum tunanetra sempat merasakan seperti itu, kalau ngobrol dengan orang merasa malu, nunduk," sambungnya.
"Kalau saya sih sebenarnya bagaimana hidup kita ini bisa manfaat bagi banyak orang ya, yang penting sih manfaat lah dari diri kita dan orang banyak," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.