Menggunakan Metode Sam'an, Ridwan merangkak dan berupaya mengikis keraguan yang kerap hinggap pada penyandang tunanetra.
"Karena metode itu, segmentasi tunanetra yang sudah bisa Arab Braille waktu dulu, karena gak mungkin melatih Al-Quran Braille dengan atau kepada tunanetra yang tidak atau belum paham Braille. Karena, basic kuatnya ya harus paham terhadap Al-Quran Braille," ungkap dia.
Dari Metode ke Pergerakan
Kegelisahannya tentang kemandirian penyandang tunanetra tak berhenti sampai pada proses pendidikan.
Lagi-lagi, ia dan yang lain berdiskusi tentang makna Sam'an. Sejatinya, kata dia, Sam'an memiliki semboyan yang amat mulia. Asa Empati Biasa Memberi Selalu Berarti atau kerap disingkat ABS.
"Itu sebetulnya nilai Sam'an mah. Kang Dani tuh punya gagasan, bagaimana Sam'an ini jangan jadi sebuah metode saja," tutur dia.
Namun bagaimana dari sebuah metode ke sebuah pergerakan. Deni pun membuka cara berfikir dirinya. Bukan hanya membuat tapi menjadi ladang amal saleh.
Baca juga: Longsor Timpa Pondok Pesantren di Maluku Tengah, 3 Ruang Belajar Rusak
Karena itulah, ia terus tergerak untuk berguna bagi para penyandang tunanetra dan masyarakat umum.
Selain itu, Deni mendorongnya tidak hanya fokus pada pengajaran. Tapi juga menyadarkannya untuk terus menyelesaikan akademiknya hingga doktoral.
"Nah, kita ini melihat teman-teman tunanetra ini ladang amal saleh kita. Dengan memberdayakan mereka, bisa mendorong menjadi banyak bintang di Sam'an ini. Makanya Kang Deni melihat saya secara pribadi, sayang kalau hanya pengajaran saja, saya harus bisa memberikan nilai positif ke temen-temen," kata dia.
Ridwan menuturkan, jika ia mampu menciptakan metode Sam'an dengan pelbagai filosofinya, maka dia juga mesti sanggup mewujudkan Sam'an di dalam dirinya.
"Jadi saya sekarang berfikir harus punya nilai manfaat, untuk mewujudkan Sam'an dalam diri saya," tutur dia.
Berdirinya Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur
Lima tahun setelah Ridwan menjalankan yayasan beserta dengan metode Sam'an nya. Barulah, tahun 2018 Pesantren yang ia cita-citakan terwujud.
Pesantren yang bukan hanya bicara soal pendidikan agama saja. Di dalamnya terdapat ruang-ruang untuk berkreasi dan berprestasi.
Benar saja, empat generasi atau angkatan telah ditelurkan di bawah binaannya.
"Dan ternyata sejak pertama berdiri, anak-anak tunanetra ini punya bakat beragam. Ada yang berpotensi di seni, ngaji, olahraga yang jelas Tunanetra tidak hanya di satu titik pusaran saja," katanya.
Pesantren itu pun tidak hanya soal akademis tapi memotivasi agar para santrinya kuat dan mampu mengenali dirinya masing-masing.
"Tujuannya mendorong tunanetra supaya bangkit. Itu juga yang mendorong kita untuk menuntut teman-teman tunanetra yang lain agar mau membuka pikiran mereka," tutur dia.
"Di sini, saya mengupayakan mewujudkan mimpi saya bahwa tunanetra punya kemampuan dan kelebihan," tambahnya.
Komitmennya untuk melakukan sebuah pergerakan demi perubahan bukan main-main.
Dengan segala upayanya, Pesantren Tunanetra Sam'an, harus mencetak generasi terdidik, baik secara agamis, akademisi dan keahlian.
"Bahkan, ada juga tunanetra yang baru tahu bahwa tunanetra itu bisa jadi sarjana, banyak tuh yang awalnya bisa lihat kemudian menjadi tunanetra akhirnya mentalnya down. Setelah di sini baru bangkit lagi dan bisa melanjutkan kuliahnya," jelasnya.
Sejak kali pertama berdiri, tak sedikit santri dam keluarganya yang merasa kagum dengan sosok Ridwan.