TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Warga Jalan Cihideung dan HZ Mustofa Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menuntut pelaksanaan proyek pelebaran trotoar mirip Malioboro tidak menutup akses kendaraan di pusat bisnis tersebut.
Proyek pelebaran trotoar kedua jalan pusat bisnis Kota Tasikmalaya itu berasal dari Dana Alokasi Umum 2022 sebesar Rp 4,4 Miliar Jalan HZ Mustofa dan Rp 5,4 Miliar untuk Jalan Cihideung.
Para pedagang di kawasan tersebut merasa kaget karena tidak pernah ada sosialisasi dari Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang (PUTR) terkait proyek tersebut.
Mereka protes pembangunan proyek itu seakan dipaksakan pemerintah daerah tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi bagi para pelaku usaha mulai PKL, Toko sampai para tukang parkir.
Baca juga: Pedagang Ngamuk Lubang Galian Proyek Malioboro Tasikmalaya Halangi Jalan Pertokoan
"Kami selama ini tidak pernah ada sosialisasi dari pemerintah terkait proyek ini. Tiba-tiba masuk alat berat menggali lubang untuk proyek di jalan pakai alat berat menghalangi akses ke toko kami. Kami mendengar Jalan Cihideung akan ditutup total buat kendaraan, baru kami protes ke balai kota, tapi tak didengarkan," jelas Andi (55), salah seorang pemilik toko di Jalan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Selasa (19/7/2022).
Andi menambahkan, aksi protes pedagang dan masyarakat Jalan Cihideung dan HZ Mustofa karena dengan ditutupnya akses kendaraan akan mematikan perekonomian.
Nantinya, pembeli akan malas berkunjung ke Cihideung dan HZ karena harus berjalan kaki dan menyimpan kendarannya sangat jauh dari lokasi pusat bisnis tersebut.
"Kami mendukung perbaikan sarana prasarana di jalan Cihideung dan HZ Mustofa, tapi pertimbangkan masukan kami. Karena kalau ditutup akses semua kendaraan di Cihideung, usaha kami semua mati suri. Pasti itu," tambahnya.
Andi menyebut para pedagang sekaligus warga Cihideung sejak sebelum masa kemerdekaan sudah berdagang di lokasi tersebut.
Apalagi, mayoritas pemilik usaha di Cihideung tempatnya menyatu dengan rumah tinggal atau disebut rumah toko (ruko).
"Kalau nanti ditutup akses kendaraan, kalau kebakaran bagaimana? Kalau ambulans kemana? Kalau bongkar muat barang bagaimana? Soalnya tidak ada lagi akses jalan selain yang mau ditutup pedestrian," ujar dia.
Hal sama diungkapkan pedagang lainnya Roki (35) yang menilai ada diskriminasi sosial bagi hampir pemilik 100 ruko di Cihideung akibat proyek ini.
Pihaknya hanya berharap Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf, bisa mendengarkan aspirasi warga Cihideung terkait proyek ini.
Sehingga, program pemerintah yang berniat untuk mempercantik tata kota akan sejalan dengan kepentingan roda ekonomi di pusat perbelanjaan Kota Tasikmalaya tersebut.
"Saya menyatakan keberatan, penting mana hanya sekadar keindahan dengan urusan kemanusiaan. HAM kita direnggut sisi kemanusiaannya," tambahnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.