BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Regional Bandung Jejaring Klinik Padjajaran dr. Dhany Kartika Sari menyoroti adanya kasus miras oplosan yang baru diungkap oleh jajaran Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polresta Bandung beberapa waktu lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, pelaku membuat miras oplosan dengan mencampurkan air teh, alkohol 75 persen, dan pemanis dari minuman sprite.
Dhany mengatakan, miras oplosan dengan komposisi yang asal-asalan sangat membahayakan bagi tubuh, bahkan bisa mengancam nyawa bagi yang mengkonsumsinya.
"Bahaya, itu bisa mengakibatkan kematian secara langsung waktu seseorang mengkonsumsi minuman keras oplosan itu," katanya dikonfirmasi, Selasa (2/8/2022).
Baca juga: Pembuat Miras Oplosan di Kabupaten Bandung Ternyata Sempat Sekolah Farmasi
Dhany menjelaskan, alkohol 70 persen dalam dunia medis digunakan untuk antiseptik.
"Bahkan biasanya digunakan untuk bahan-bahan pembersih misal pada pembersih kamar mandi, lantai dan lainnya," jelasnya.
Jangankan untuk dikonsumsi, pihaknya menyebut menghirup alkohol 70 persen secara berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan.
"Menghirup (alkohol 70 persen) melebihi ambang batas saja akan menyebabkan pusing, mual, muntah, bahkan penyempitan di saluran napas," ujarnya.
Karena kandungan yang berbahaya, Dhany berkata, banyak orang meninggal saat mengonsumsi alkohol 70 persen.
"Karena mengkonsumsi alkohol dengan kandungan tinggi dapat mengakibatkan penurunan kerja jantung dan pembuluh darah, syok, penurunan kesadaran seperti koma atau bahkan kematian," terangnya.
Dhany meminta masyarakat mulai mewaspadai kesehatan masing-masing, terutama bagi yang masih kerap mengonsumsi alkohol.
"Minuman keras lebih banyak dampak buruk untuk kesehatan," terangnya.
Dampak buruk miras untuk kesehatan
Dijelaskan Dhany, mengonsumsi minuman keras dengan kadar alkohol tinggi berisiko menyebabkan kerusakan hati hingga kanker hati.
"Padahal hati merupakan organ yang berfungsi menetralkan racun pada tubuh, membantu pencernaan, membantu proses pembekuan darah, menghasilkan hormon," jelas dia.
Sebelumnya diberitakan, Satresnarkoba Polresta Bandung berhasil mengungkap produksi minuman keras (miras) oplosan di Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
Dalam kasus tersangka MG (34) diringkus, beserta barang bukti sebanyak 364 botol miras oplosan yang dikemas dalam botol berbagai merek impor disita. Kapolresta Bandung, Kombes Pol Kusworo Wibowo mengklaim dengan terungkapnya kasus tersebut, setidaknya pihaknya telah menyelamatkan 187.200 jiwa dari bahaya miras oplosan.
"Dengan terungkapnya kasus ini, kami telah menyelamatkan 187.200 jiwa. Karena miras palsu ini dioplos menggunakan alkohol 70 persen, dicampur dengan pemanis dari minuman bersoda serta air teh. Jadi minuman ini akan mengandung metanol yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan," tutur Kusworo saat menggelar konferensi pers di Mapolresta Bandung, Jumat (29/7) lalu.
Baca juga: Mabuk Miras, 4 Pemuda Curi Rokok Tetangganya Senilai Rp 20 Juta
Sementara tersangka MG mengaku mulai memasarkan miras oplosan tersebut sejak tahun 2018. Ia melakukan hal tersebut lantaran menurutnya minuman tersebut tak berbahaya setelah berapa kali ia konsumsi secara pribadi.
"Saya sekolahnya farmasi, tapi belum dilanjutkan lagi. Jadi sedikit banyak paham tentang campuran (minuman beralkohol). Karena itu saya konsumsi dari dulu, dan aman-aman saja jadinya saya jual. Kalau alkohol belinya di toko kimia," jelas MG.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.