Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Bulan Hidup dengan Polusi Batu Bara, Warga Bandung Barat Alami Sesak Napas hingga Mata Perih

Kompas.com - 10/08/2022, 17:01 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Dampak polusi udara di Kampung Cibingbin, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) kini benar-benar terasa oleh warga.

Mereka merasakan gangguan kesehatan yang beragam, mulai dari sesak napas sampai penyakit kulit akibat polusi. Diduga debu batu bara dari aktivitas industri peleburan logam.

Debu batu bara itu menyembur dari cerobong asap sebuah pabrik dan menyelimuti permukiman warga di Kampung Cibingbin RT 3 dan 6, RW 4.

Baca juga: Sudah 3 Bulan Warga Kampung di Bandung Barat Diselimuti Abu Hitam, Diduga Limbah Batu Bara

Rina Santika (36), warga setempat, merasakan betul dampak negatif polusi setelah 3 bulan hidup diselimuti debu batu bara.

Keluarganya yang tinggal dalam satu rumah mengalami gangguan kesehatan, paling tidak Rina harus memeriksakan kesehatan anggota keluarganya satu bulan sekali.

"Saya di rumah berlima, setiap bulan satu kali pasti ke dokter karena ada keluhan, batuk, pilek, dan gangguan pencernaan," kata Rina saat ditemui di Kampung Cibingbin, Rabu (10/9/2022).

Hasil pemeriksaan kesehatan, beberapa gangguan kesehatan yang dialami keluarganya itu berangkat dari polusi udara yang mereka alami.

Fenomena itu tentu bikin geram warga di sekitar pabrik. Bagaimana tidak, jauh sebelum ada pabrik peleburan logam di Kampung Cibingbin warga hidup damai tanpa ada gangguan kesehatan.

"Setelah terdampak hujan abu batu bara itu, sekarang keluarga saya harus banyak minum vitamin, dan harus banyak minum air putih, kata dokter gitu saja. Padahal, sebelumnya tidak pernah seperti ini," ujar Rina.

Baca juga: KBM Kembali Normal, Sengketa Lahan SD di Bandung Barat Berlanjut ke Pengadilan

Kondisi serupa juga dirasakan oleh warga lainnya, Dedeh Hartati (53). Ia mengaku cukup kesal dengan kondisi 3 bulan terakhir.

Polusi udara ini menurutnya cukup mengganggu aktivitas masyarakat, terlebih gangguan kesehatan seperti sesak napas kerap dirasakan.

"Dampaknya selain ke pakaian yang dijemur jadi hitam, ke pernapasan juga jadi sesak dan mata juga perih. Saya kasihan kepada anak-anak, kalau terus begini," tutur Dedeh.

Ketua RW 04, Agus Mulyana menyebutkan, sedikitnya sebanyak 70 kepala keluarga (KK) yang berada di dua RT terdampak debu abu batu bara yang menyembur dari cerobong asap pabrik tersebut.

"Warga yang paling banyak terdampak itu, warga yang rumahnya dekat dengan pabrik. Saya sudah sampaikan ke pihak pabrik dan mereka janji akan memperbaiki tapi perbaikannya belum maksimal," sebut Agus.

Baca juga: Warga Bandung Barat Jual Minyak Goreng Pakai Mesin SPBU, Bisa Beli dengan Harga Sesuka Hati

Agus juga membenarkan bahwa warganya sering mengeluhkan gangguan kesehatan akibat polusi udara tersebut. Namun, Agus belum mendata secara pasti mengenai jumlah warga yang mengalami gangguan kesehatan.

"Memang sudah ada (warga yang sesak napas), terutama warga yang rumahnya paling dekat dengan pabrik. Kalau untuk jumlahnya saya kurang tahu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja asal Cikancung Bandung Hilang 2 Pekan, Diduga Dibawa Pria Kenalannya di Facebook

Remaja asal Cikancung Bandung Hilang 2 Pekan, Diduga Dibawa Pria Kenalannya di Facebook

Bandung
7 Korban Longsor Bandung Barat Ditemukan, Tim SAR Fokus Cari 3 Korban Lainnya

7 Korban Longsor Bandung Barat Ditemukan, Tim SAR Fokus Cari 3 Korban Lainnya

Bandung
6 Ruang SPA di Dago Bandung Ludes Terbakar, Petugas Sempat Kesulitan Padamkan Api

6 Ruang SPA di Dago Bandung Ludes Terbakar, Petugas Sempat Kesulitan Padamkan Api

Bandung
Uji Coba 'Contraflow' Dilakukan di Tol Cipali Km 153-157 untuk Kelancaran Arus Mudik

Uji Coba "Contraflow" Dilakukan di Tol Cipali Km 153-157 untuk Kelancaran Arus Mudik

Bandung
Skema Ganjil Genap, 'One Way' dan 'Contraflow' Disiapkan di Puncak Bogor Selama Libur Panjang Paskah

Skema Ganjil Genap, "One Way" dan "Contraflow" Disiapkan di Puncak Bogor Selama Libur Panjang Paskah

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Cek Jalur Mudik Lebaran, Ada Jalan Bergelombang dan Minim PJU di Cianjur

Cek Jalur Mudik Lebaran, Ada Jalan Bergelombang dan Minim PJU di Cianjur

Bandung
Penutupan Pendakian Gunung Gede Pangrangro Diperpanjang

Penutupan Pendakian Gunung Gede Pangrangro Diperpanjang

Bandung
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Barat, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Barat, 29 Maret 2024

Bandung
Sosok Wanita Penyimpan Puluhan Senjata Api Ilegal di Bandung...

Sosok Wanita Penyimpan Puluhan Senjata Api Ilegal di Bandung...

Bandung
Warga Keluhkan Air dari SPAM Gedebage Bandung Keruh

Warga Keluhkan Air dari SPAM Gedebage Bandung Keruh

Bandung
Pembunuhan Penjual Madu di Serang Banten Direncanakan, Pelaku Nyamar Jadi Pembeli

Pembunuhan Penjual Madu di Serang Banten Direncanakan, Pelaku Nyamar Jadi Pembeli

Bandung
Catat, 8 Titik Putaran Balik di Karawang yang Tetap Buka Saat Mudik 2024

Catat, 8 Titik Putaran Balik di Karawang yang Tetap Buka Saat Mudik 2024

Bandung
Deretan Toko dan Bank di Jalan Tasikmalaya-Garut Kebakaran, Bermula Api dari Kios Bakso

Deretan Toko dan Bank di Jalan Tasikmalaya-Garut Kebakaran, Bermula Api dari Kios Bakso

Bandung
Banding Panji Gumilang terhadap Ridwan Kamil Ditolak Pengadilan Tinggi Bandung

Banding Panji Gumilang terhadap Ridwan Kamil Ditolak Pengadilan Tinggi Bandung

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com