SUMEDANG, KOMPAS.com - Proyek Tol Cisumdawu kembali dipersoalkan. Kali ini oleh puluhan petani penggarap di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Mereka menggelar aksi mogok makan dan mogok bicara.
Mereka mengeluhkan hilangnya tanah garapan akibat proyek Tol Cisumdawu.
Aksi mogok makan dan mogok bicara ini rencananya digelar tiga hari, dimulai Senin (15/8/2022).
Baca juga: 3 Hektare Sawah di Sumedang Terendam Luapan Air dari Tanah Disposal Tol Cisumdawu
Dikutip dari Tribun Jabar, puluhan petani yang didominasi perempuan ini duduk di bawah tenda yang didirikan di pinggir jalan.
Mereka duduk lesehan di atas alas duduk dengan mulut ditutup lakban.
Lakban hitam, merah dan kuning menutup rapat mulut mereka. MAsing-masing mereka tak bicara apapun, apalagi sampai mereka saling bicara.
Para petani melakukan itu agar jeritan mereka didengar pemerintah. Lahan garapan yang mereka kelola kini dijadikan lahan Tol Cisumdawu. Mereka kini kehilangan pekerjaan.
"Rencananya tiga hari, yang aksi mogok ini sekitar 50 orang," kata Muhamad Taher Derlen, penerima kuasa dari para petani sekaligus penerima kuasa dari pemilik lahan yang merupakan ahli waris Raden Aris Wiranatakusuma, pemegang Verponding 4144.
Derlen mengatakan, antara petani dan pemilik alas hak tanah tidak pernah terjadi persoalan. Kali ini, persoalan muncul karena tanah yang digarap dipakai tol.
Baca juga: Ridwan Kamil: Ada Tol Cisumdawu, ke Sumedang Makin Mudah
Tanah garapan itu dikelola oleh petani dari berbagai desa. Di antaranya dari Desa Cileles, Desa Cilayung, Desa Cikeruh, dan Desa Cibeusi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.