BANDUNG, KOMPAS.com- Warga Kampung Citepus, Kelurahan Pesawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengelola sampah secara mandiri.
Mulai dari sampah botol plastik bekas makanan dan minuman (non-organik) hingga sampah rumah tangga (organik) dikelola secara bergotong-royong.
Warga mengelola sampah sendiri dengan memanfaatkan alat pengelolaan sampah yang merupakan fasilitas dari Satgas Citarum Harum Sektor 7.
Baca juga: Warga Bantul Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bangunan
Dadan (42) Ketua RT 04 yang juga menjadi operator pengelolaan sampah mengatakan, pemanfaatan alat tersebut sudah disepakati warga.
Bahkan, saat ini sebanyak dua RW sudah terlayani oleh alat tersebut dan hanya diwajibkan iuran Rp 15.000 per bulan.
"Jumlah RW yang dilayani RW 1 dan RW 6, satu RW terdiri dari 4 RT, jumlah KK yang dilayani 607, jumlah jiwa yang dilayani 1.676," katanya ditemui Kompas.com, Jumat (19/8/2022).
Jauh sebelumnya, kata dia, warga tidak mampu mengelola sampah secara mandiri. Walhasil, bantaran sungai Citarum sempat dipenuhi dengan sampah warga.
Tidak hanya itu, warga Kampung Citepus sempat difasilitasi dengan alat pengelolaan sampah yang dihadirkan oleh salah satu lembaga.
Baca juga: Mesin Pengolah Sampah Buatan Anak SMK Pemalang Diklaim Bisa Hasilkan 500-1000 liter per hari
Namun, lanjut dia, ketika dibentuk tim operator pengelolaan sampah, warga merasa keberatan dengan biaya operasional yang cukup tinggi.
"Alat yang lama itu berat di operasional. Kemudian tahapannya cukup rumit, dan pengolahannya cukup lama. Akhirnya, alat itu yang gak aktif lagi," kata dia.
Sedangkan, alat yang baru, mampu memusnahkan habis 3 karung hanya dalam waktu 1 jam.
"Jadi sampah itu kita pilah, mana yang bernilai ekonomis dan tidak, kemudian kita masukan ke alat ini, terus biaya operasional alat yang baru lebih murah," ujarnya.
Baca juga: Karut Marut Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung, DLH Sebut karena Kurangnya Armada Angkut
Dadan menjelaskan, alat pengelolaan sampah yang merupakan fasilitas dari Satgas Citarum Harum Sektor 7 tersebut, hanya membutuhkan oli bekas dan air untuk mengaktifkannya.
Oli bekas dimasukan kedalam sebuah wadah seperti gayung berbahan besi, kemudian dibakar, untuk selanjutnya dimasukan ke dalam bagian pembakaran yang berada di bagian bawah alat tersebut.
Setelah itu, operator harus memasukan air sebanyak 3 botol. Air tersebut berfungsi untuk membentuk uap dan memberikan tekanan.
"Setelah apinya menyala, dan kemudian akan melahirkan panas, hasilnya uap yang akan menekan untuk membesarnya api, itu semua harus ditunggu selama 15 menit ketika akan memulai," jelasnya.
Kendati mengeluarkan asap karena proses pengelolaan atau pemusnahan sampah dilakukan secara dibakar.
Dadan menyebut, asap tidak terlalu banyak, lantaran asap yang dikeluarkan merupakan hasil dari sampah yang tidak bernilai ekonomis serta hasil pilihan.
"Asapnya warnanya putih, tidak hitam, hitam itu karena ada sampah organik yang sengaja dibakar, kalau yang ini enggak karena dipersiapkan untuk sampah tertentu dan sudah dimodifikasi, lihat aja dari ukurannya beda," tambahnya.
Baca juga: Warga Bantul Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bangunan
Dadan mengaku, cukup terbantu dengan adanya alat tersebut. Namun, ia berharap warga Kampung Citepus bisa terbangun kesadaran memilah sampah yang akan dibuang.
"Belum terbangunnya kesadaran untuk memilah sampah organik dan non organik, kalau di tempat asal alat ini di Kabupaten Bogor masyarakatnya sudah bisa memilah, jadi kami operator tinggal memasukan saja yang harus dimusnahkan," terangnya.
Sementara Dansektor 7 Citarum Harum Kolonel Inf F.X Sri Wellyanto Kasih mengatakan, alat tersebut merupakan ide dan gagasan dari seorang Babinsa yang bertugas di Kabupaten Bandung.
Alat tersebut, kata dia, sengaja dihadirkan di tengah masyarakat Kampung Citepus lantaran, warga sudah bertahun-tahun mengeluhkan tidak adanya solusi terkait sampah.
"Hampir semua di Sektor Citarum Harum itu, sampah jadi kendala, alasan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) selalu persoalan armada yang terbatas," kata dia.
Baca juga: Jembatan Sesek Sungai Progo Jebol Diterjang Banjir dan Sampah, Warga Terpaksa Memutar Jauh
Sejauh ini, lanjut dia, alat tersebut menjadi alternatif warga. Ia mengaku pengelolaan secara teknis diserahkan langsung ke warga.
"Salah satu alternatif, karena dirasa efektif bisa mengurangi penumpukan sampah," terang dia.
Menurutnya, target dihadirkannya alat terebut tidak muluk-muluk yakni mengurangi produksi sampah di lingkungan Kampung Citepus.
Selanjutnya, sambung dia, alat tersebut akan diperbanyak sesuai dengan data dari masing-masing wilayah di bawah sektor 7.
"Targetnya mengurangi dulu penumpukan sampah, ke depan sisa pembakaran sampah bisa digunakan untuk pupuk, papingblok, atau yang lainnya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.