PANGANDARAN, KOMPAS.com- Rudi Purnama harus terbaring di rumah sakit pada 2015 karena mengalami serangan jantung.
Namun sekitar enam tahun berselang, kondisinya jauh membaik.
Bahkan, laki-laki 50 tahun ini sanggup mengayuh pedal sepeda hingga 367 kilometer saat mengikuti Cycling De Jabar 2022.
Peserta acara touring sepeda ini mampu bersepeda dari Geopark Ciletuh, Sukabumi, hingga Karang Putus, Cianjur, pada etape pertama. Kemudian dilanjutkan perjalanan dari Ranca Buaya Garut, menuju Paamprokan, Pangandaran.
Baca juga: Perjuangan Penuh Peluh di Tanjakan Ciletuh
Pegawai bagian legal salah satu perusahaan swasta di Garut, Jawa Barat, ini merupakan pesepeda paling senior dengan perfoma terbilang baik.
Dalam etape pertama pada Sabtu (27/8/2022), dia bisa menuntaskan tantangan King of Mountain dengan tanjakan hingga 20 derajat.
Jalur curam dan berkelok sepanjang 21 kilometer bisa ditempuh Rudi dengan catatan waktu 1 jam 15 menit 38 detik.
Sebagai perbandingan, Abdul Soleh yang jadi pesepeda tercepat di jalur itu punya catatan waktu 42 menit 25 detik.
Setelah mengayuh pedal hingga 100 kilometer, Rudi sempat mengalami keram.
Tim medis pun turun untuk mengobati dan mengevakuasinya.
Baca juga: Tanjakan Terjal di Selatan Jawa Jadi Daya Tarik Cycling De Jabar 2022
Hanya sekitar 5 kilometer setelah dibawa ambulans dari titik evakuasinya, Rudi merasa membaik. Dia pun kembali bersepeda hingga ke Karang Potong.
"Treknya berat, berat badan saya belum memadai, makanya keram," kata Rudi saat ditemui di Karang Potong, Sabtu.
Etape kedua Cycling De Jabar 2022 pada Minggu (28/8/2022) juga dituntaskannya.
Dia berhasil memacu sepedanya sejauh 168 kilometer, dari Ranca Buaya, Garut, hingga Paamprokan, Pangandaran.
Rudi sebenarnya tidak bisa disebut sekadar pehobi sepeda. Pasalnya, dari usia 12 hingga 28 tahun, dia tercatat sebagai atlet sepeda.
Dia juga mengaku hampir pernah ikut berlaga dalam Pekan Olahraga Nasional era 1990-an.
Kariernya sebagai pesepeda profesional berakhir karena cedera lutut.
"Lutut kanan cedera, sampai tiga kali operasi," ceritanya.
Baca juga: Nikmati Keindahan Panorama Jalur Pansela Jawa Barat Lewat Cycling de Jabar
Setelah kariernya sebagai atlet pupus, Rudi fokus menyelesaikan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Namun, sejak itu berat badannya terus naik hingga pernah mencapai 116 kilogram. Kondisi itu dianggapnya jadi salah satu penyebab mengalami serangan jantung.
Seolah mendapat peringatan keras untuk kembali hidup sehat, Rudi berjuang untuk menurunkan berat badannya. Bersepeda pun langsung jadi caranya untuk kembali ke kondisi prima.
Benar saja, setelah rutin "gowes" selama tujuh bulan, tubuhnya makin sehat. Berat badannya yang pernah lebih dari 100 kilogram sempat turun hingga 73 kilogram.
"Setelah rutin sepedaan tujuh bulan, saya sudah dianggap sembuh oleh dokter," akunya.
Baca juga: Cycling De Jabar, Rangsang Potensi Sport Tourism Selatan Jawa Barat
Kendati demikian, Rudi sadar usianya dan riwayat kesehatannya tetap harus jadi perhatian.
Tiap kali hendak bersepeda dengan jarak jauh, dia mengukur denyut nadi.
"Kalau di atas 100 saya enggak mau," ucapnya.