"Ada 1.400, itu semua sudah kami tes, kami sudah lakukan banyak hal, mereka berolahraga, senam, dan juga berjemur," imbuhnya.
Depari mengatakan, penanganan Covid-19 di Lapas memiliki tantangan tersendiri. Kehidupan warga Lapas yang berkerumun membuat penularan cukup cepat.
"Jadi kalau ditanyakan, kenapa banyak, ya karena di sini mereka hidupnya berkerumun, satu sama yang lainnya, jadi untuk penyebarannya itu pasti sangat cepat," tutur dia.
Sejauh ini, pihaknya telah meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan Dinkes Kabupaten Bandung agar bersama-sama memutus mata rantai Covid-19.
Depari menyampaikan hasil tes antigen warga lapas masih belum final, lantaran masih ada tahapan yang harus dilalui.
"Jadi kami menunggu hasil tracing dari mereka. Respons dari Dinkes Provinsi yaitu berkoordinasi dengan Labkesda dan menurunkan anggotanya untuk melakukan tes. Untuk hasilnya itu lebih baik ditanyakan ke Dinkes langsung karena ada baiknya mereka yang menyampaikan langsung," ungkap dia.
Kendati puluhan warga lapas terpapar Covid-19, Depari menyebut, hampir rata-rata pasien positif Covid-19 merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG).
"Karena kita sudah vaksin dari dosis pertama hingga ketiga, jadi kalau saya totalkan yang bergejala itu cuma 2 orang dan itulah kasus pertama," kata dia.
Saat ini, pasien pertama yang positif Covid-19 telah sembuh dan negatif.
"Proses penyembuhan pasien pertama itu saya berkoordinasi dengan yang lain, agar tertangani dengan baik," ungkapnya.
Mencegah agar penularan tidak meluas, pihak lapas telah menutup kunjungan selama 14 hari ke depan, dan akan melakukan evaluasi secara berkala.
"Sudah sejak 23 Agustus, soal dibuka kembalinya itu kewenangan Kalapas," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.