Selain soal potongan, Asur juga meminta Kemenkominfo memantau aplikasi-aplikasi ojek online yang bisa disebut liar di Garut karena tidak memiliki staf dan kantor di Garut.
Karena, kehadiran mereka bisa menimbulkan gesekan antar sesama driver ojek online.
"Karena tarifnya tidak rata, jadi bisa menimbulkan gesekan," katanya.
Baca juga: Terdampak Kenaikan Harga BBM, Ojol hingga Sopir Bus di Riau Dapat Bantuan Sembako dari Polisi
EP (42), salah satu driver ojek online dari aplikasi Gojek yang namanya enggan disebutkan mengungkapkan, potongan dari aplikatornya cukup besar.
Tiap orderan yang diterima driver, aplikasi mendapat keuntungan 20 persen dari nilai order dan Rp 1.000 dari tiap orderan.
"Yang Rp 1.000 itu nilainya tetap, selain itu ada lagi biaya potongan 20 persen," katanya.
Makanya, tiap driver yang mendapatkan order dengan jarak terdekat saja dengan tarif rata-rata Rp 11.000, yang bisa diterima oleh driver tidak lebih dari Rp 8000.
"Kalau saya terlalu vokal nanti saya bisa kena PM (Putus Mitra)," katanya.
Baca juga: Cerita Pengemudi Ojol di Makassar Tak Bisa Isi BBM 2 Kali Sehari, Ini Penjelasan Pertamina
Karenanya, menurutnya jika kenaikan tarif yang ditetapkan pemerintah tidak diikuti dengan penurunan persentase potongan dari aplikator.
Kenaikan tersebut disebut tidak memberi dampak besar bagi para driver.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.