KOMPAS.com - Perubahan aturan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tahun 2023 masih jadi perbincangan publik.
Selain universitas dan calon mahasiswa, guru-guru di sekolah menengah atas (SMA) dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan sistem baru tersebut.
Riska Novita (29), Guru Bahasa Indonesia di SMA Yayasan Usaha Peningkatan Pendidikan Teknologi (Yuppentek) 1, Tangerang, Banten, mengatakan bahwa dia tidak masalah dengan adanya perubahan aturan tersebut.
"Memang banyak yang menganggap ribet, tapi kalau saya tidak apa-apa karena pendidikan memang dinamis sesuai perkembangan zaman," kata Riska kepada Kompas.com, Rabu (14/9/2022).
Riska mengungkapkan, sampai saat ini perubahan aturan seleksi masuk PTN belum banyak mempengaruhi caranya mengajar serta materi ajar yang diberikan kepada siswa.
Baca juga: Aturan Seleksi Masuk PTN Tahun 2023 Berubah, Guru SMA: Pendidikan Itu Dinamis
Akan tetapi, dia mengaku, materi dan soal yang guru berikan kepada peserta didik harus bersifat penalaran bukan hafalan.
"Jadi kita masih mengajar seperti biasa tapi cara mengajarnya saja yang berubah, lebih memberi (materi ajar) yang sifatnya penalaran daripada hafalan," jelasnya.
Meski begitu, Riska menuturkan, masih ada beberapa guru yang belum menerapkan pola pembelajaran semacam itu
"Kalau guru-guru muda biasanya kan lebih aktif mencoba," ucapnya.
"Karena pendidikan itu dinamis, saya sih setuju saja, walaupun kita masih banyak kekurangan tapi lebih baik mencoba agar tahu ke depannya seperti apa daripada tidak mencoba, jadi stuck begini saja," imbuhnya.
Baca juga: Perubahan Aturan Seleksi Masuk PTN 2023, Begini Tanggapan Warek Unpad
Dia menjelaskan, siswa serta orangtuanya di tempatnya mengajar harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak sekolah saat hendak memilih jurusan kuliah.
"Kita punya Bimbingan Konseling (BK), itu tugasnya untuk selalu berdiskusi atau lihat progres anak dari kelas 10 sampai kelas 12," terangnya.
Selain itu, sekolahnya pun memiliki metode untuk membantu mengetahui potensi siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
"Ada namanya tes finger print, misalnya siswa ingin masuk kedokteran tapi ternyata dari hasil tes itu dia tidak mumpuni untuk masuk jurusan tersebut, nanti akan kita diskusikan lagi bersama orangtuanya," ujarnya.
"Jadi selalu ada arahan dari sekolah tentang jurusan yang cocok diambil di perguruan tinggi sesuai kemampuan dan keunggulan siswa," ungkapnya.
Baca juga: Aturan Seleksi Masuk PTN 2023 Berbeda, Wakil Rektor Unpad: No Problem
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.