KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Bencana pergerakan tanah di Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, merusak sejumlah rumah, jalan, hingga jaringan listrik.
Hingga kini, satu kampung terpaksa mengungsi ke tempat aman.
Meski begitu, perasaan para korban tidak tenang di tempat pengungsian tersebut. Sebab, sampai saat ini dampak dari bencana belum ditangani secara optimal.
Baca juga: Cerita Korban Detik-detik Tanah Bergerak di Bogor: Suara Kretek-kretek, Bles Tanahnya, Belah-belah
Tidak hanya itu, para pengungsi kekurangan bantuan sembako. Mereka juga butuh penerangan karena bencana itu memutus aliran listrik.
Seorang penyintas bencana bernama Azid (50) merasa tidak tenang setiap kali mengunjungi rumahnya yang rusak akibat pergerakan tanah itu.
"Dari Rabu sampai sekarang ini masih gelap, kan bahaya kalau malam saya lewat jalan ke rumah, takut juga lah, nanti jeblok ke tanah," kata Azid saat ditemui Kompas.com, Senin (19/9/2022) petang.
Saat ini, kata dia, yang paling vital dibutuhkan adalah lampu untuk penerangan. Sebab, dirinya harus pulang pergi memperbaiki barang-barang yang ada di rumah.
"Ditambah nanti kalau hujan bisa kena, jalannya sudah curamkan (retak-retak), banyak lubang, licin, kan bahaya buat kita. Udah mah enggak ada lampu genset gtu buat penerangan. Jadi butuh banget bantuan itu," imbuh dia.
Baca juga: Tanah Bergerak di Bojong Koneng, Pemkab Bogor Tetapkan Status Tanggap Darurat
Sementara itu, hal senada juga disampaikan seorang warga saat ditemui Kompas.com di lokasi pengungsian. Kini, mereka hidup dalam gelap.
Saat ditanya lebih lanjut, seorang ibu muda bernama Sumiyati (35) langsung sigap menjawab. Namun, ia menutupi keprihatinan itu dengan cara bercanda tertawa.
"Ini pakaian saya sampai sekarang enggak ganti-ganti, belum mandi juga," ucap Sumiyati (35) tersenyum sambil memamerkan pakaian yang dipakai saat kejadian bencana itu. "Yang penting masih bisa dipakai saja deh," tambahnya.
Setelah itu, Sumiyati tak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya. Ia tak tahu lagi masa depannya bagaimana. Sebab, impian rumah yang ia bangun selama ini dari hasil keringat sudah rusak parah.
"Rumah saya rusak di paling ujung sana, dapurnya kebelah, ruang tengah juga, jadi bangunannya ketarik ke jalan. Nah, sekarang ini butuh bantuan ya sembako, kalau ibu-ibu mah butuh buat anaknya seperti pampers, susu," ungkapnya.
Meski begitu, ia bersama pengungsi lainnya bersyukur karena bantuan makanan langsung tiba tidak lama setelah kejadian itu.
Baca juga: Hujan Deras Picu Tanah Bergerak di Bojong Koneng Bogor, Warga Mengungsi
Di sisi lain, ia juga ingin bantuan kebutuhan pokok seperti pakaian dan bahan bangunan untuk membangun rumahnya kembali.
"Bantuan makanan kan sudah dapat ya, nah saya pengennya tuh bantuan rumah juga m, ya diperbaiki gtu, karena saya mau tetap tinggal di kampung ini, kalau dipindah ke kampung lain, mau kemana coba, enggak enak juga lah," imbuhnya.
Bencana pergerakan tanah ini juga berdampak pada pekerjaannya sebagai penjual makanan di Kampung Curug itu.
Tanpa penanganan serius, warga akan kehilangan sumber penghasilannya.
"Di sini tuh kampung curug, tempat wisata, jadi gara-gara bencana ini enggak ada pengunjung wisatawan. Penghasilan kita dari situ. Jadi enggak kerja-kerja kita ini Saya bangkrut jadinya. karena enggak ada jualan lagi gara-gara bencana ini," bebernya.
Baca juga: Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi, 3 Tahun Tempati Huntara, Harus Berbagi Ruangan Tidur
Tetangga Sumiyati, Hesti (29) ikut menjawab. Ia hanya berharap pemerintah bisa memberikan tambahan bantuan pokok untuk bayinya yang masih berusia tiga bulan.
"Kalau saya mah enggak mau banyak-banyak ya, yang penting kebutuhan bayi saya," Hesti berharap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.