Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vervoloog Malabar, Jejak Kebaikan Hati Bosscha yang Kini Reyot Tak Terawat

Kompas.com - 21/09/2022, 15:52 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Genap 120 tahun bangunan 'Vervoloog Malabar' atau Sekolah Rakyat (SR) Malabar berdiri di antara sejuknya udara Pangalengan, dan hamparan kebun teh yang mengitarinya.

Sudah tiudak terhitung juga jumlah pastinya, berapa murid yang berhasil ditelurkan sejak pertama kali dibangun pada 1901.

Vervoloog Malabar dibangun atas kebaikan hati juragan teh Karel Albert Rudolf Bosscha.

 Baca juga: Dua Pendaki Hilang di Gunung Malabar, Tim SAR Lakukan Pencarian

Pria berkebangsaan Belanda itu, merasa terketuk hatinya. Ia tak ingin anak-anak karyawannya yang bertugas di perkebunan Teh Malabar tak mampu membaca dan berhitung.

Atas dasar itu, Bosscha membangun Vervoloog Malabar dan mendatangkan guru untuk mengajarkan anak-anak karyawannya baca tulis.

Vervoloog Malabar atau Sekolah Rakyat Malabar merupakan sekolah yang dibangun oleh Bosscha sebagai bentuk kecintaannya terhadap para karyawannya di Perkebunan Teh Malabar. Bosscha tak mau anak-anak karyawannya buta huruf dan tak mampu berhitung, ia membangun sekolah rakyat itu pada tahun 1901.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Vervoloog Malabar atau Sekolah Rakyat Malabar merupakan sekolah yang dibangun oleh Bosscha sebagai bentuk kecintaannya terhadap para karyawannya di Perkebunan Teh Malabar. Bosscha tak mau anak-anak karyawannya buta huruf dan tak mampu berhitung, ia membangun sekolah rakyat itu pada tahun 1901.

Konon berkat hadirnya, Vervoloog Malabar pula yang memutus mata rantai buta huruf di wilayah Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Tak hanya memberikan pelajaran, Vervoloog Malabar juga dibangun dengan mengedepankan nilai-nilai inklusivitas.

 Baca juga: Api yang Membakar Kawah Putih dan Gunung Malabar Sudah Padam

Di sekolah tersebut, anak-anak pribumi dan Belanda disatukan dalam satu kelas.

Tak ada sekat pemisah, karena semua manusia setara dan berhak mendapatkan ilmu pengetahuan yang sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com