Rumput yang menjadi pakan utama, harus diambil sepagi mungkin agar kesegarannya masih tetap terjaga.
Pun dengan pemberian pelet serta vitamin, jam-jam terbaik tidak pernah luput dari pandangannya.
"Kalau mau hasil yang maksimal ya kita juga harus total ngasih yang terbaik sama si sapinya," jelas dia.
Sekali lagi kegemilangannya mengurus sapi-sapi miliknya, mengantarkannya menjadi Ketua Peternak.
Di Desa Wanasuka terdapat empat kelompok peternak anggota KPBS. Maman masuk sebagai kelompok Wanasuka IV.
Ada sekitar 35 peternak yang mengurus 95 ekor sapi perah, 32 ekor pejantan, dan 29 pedet atau anak sapi.
Rata-rata peternak di Desa Wanasuka bukan peternak gedean, biasanya satu peternak hanya memiliki empat ekor paling mentok enam ekor sapi. Mereka masih kerabat keluarga. Kebanyakan, menggantungkan hidupnya hanya dari memerah sapi.
"Kalau ada anak sapi yang siap beranak, pasti dikasih ke anak-anaknya atau ke cucunya, tutur dia.
Awal Juli 2022, menjadi mimpi buruk bagi warga Desa Wanasuka, tak terkecuali Abah Mamad. PMK menyerang hewan ternak tanpa terkecuali.
Satu per satu sapi perah milik para peternak Desa Wanasuka yang disimpan di kandang, tepatnya di cekungan lembah belakang pemukiman, tumbang satu demi satu.
Kepanikan serta kegamangan menjadi warna yang harus dilalui setiap hari okeh wara, pun dengan Abah Mamad.
Tak main-main, Abah Mamad yang membesarkan sapi-sapinya seperti anaknya sendiri itu, kehilangan 6 ekor sapi.
"Udah habis, PMK gak nunggu waktu lama, gak ngasih dia, habis semua," beber dia.
Baca juga: Pemprov Bali Serahkan Bantuan Rp 4,12 M kepada 150 Peternak Sapi Terdampak PMK
Abah Mamad bercerita, usai mengambil rumput segar pada subuh awal Juli, ia langsung menuju kandang.
Begitu sampai di salah satu kandang sapi perahnya, ia melihat sapinya bergelagat aneh. Kakinya tak betah diam, terus berupaya jinjit dan menendang-nendang.
Kemudian, di bagian hidung da mulutnya, seperti keluar lendir dengan jumlah yang tak biasa.
Ia tak enak hati melihat kondisi sapinya yang seperti itu, Abah Mamad langsung memanggil mantri (dokter panggilan) untuk mengecek kondisi sapinya.
"Saya juga bertanya-tanya dalam hati, apa ini PMK, ternyata hasilnya betul, sapi saya kena PMK," kata dia.
Dugaannya tak salah, sapi milik Abah Mamad menjadi salah satu sapi yang positif PMK. Ia sekaligus menjadi korban pertama, peternak yang terdampak pertama sampai jadi orang pertama yang kehilangan banyak sapi di Desa Wanasuka.
Jika dihitung harga sapi dengan nilai tahun terbaru, dari enam ekor sapi yang dimilikinya, ia kehilangan hampir Rp 105 juta.
Maman kini gamang melihat ke depan, dampak PMK jelas dirasakan olehnya. Sumber penghasilan terancam raib, tak ada sampingan, sementara sekian utang diakui masih tercecer di sana-sini.