Kenaikan harga BBM menjadi petaka bagi Mamat untuk bertahan dalam bisnis budi daya ikan nila.
Sebab, harga-harga penunjang budi daya ikan ini ikut merangkak naik sementara harga ikan tetap sama.
"Keniaikan harga BBM ini bukan saja membuat ongkos transportasi naik, tapi juga pakan ikan. Saat ini pakan sudah mencapai Rp 10.500 per kilogram. Belum ongkos, jadi Rp 15.000 per kilogram. Sementara kebutuhan kita 70 karung per bulan. Otomatis biaya produksi makin membengkak," jalas Mamat.
Untuk menutup ongkos produksi itu, idealnya pemerintah bisa mengendalikan harga ikan dari petani ikan.
Paling tidak memberlakukan standar harga Rp 24.000 per kilogram untuk ikan mas dan Rp 22.000 per kilogram untuk ikan nila.
"Kalau enggak dilakukan, kami (petani ikan KJA) terus-terusan rugi. Paling banter hasil tambak hanya untuk makan sehari-hari," tutur Mamat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.