Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Pertanian Unpad: Harga Jual Sayur di Kabupaten Bandung Anjlok karena Minimnya Pengembangan Manajemen Pertanian

Kompas.com - 27/09/2022, 12:40 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

"Manajemen produksi belum berjalan mengingat situasi alam yang dihadapinya, Pemda harus berstrategi. Misalnya, jika wilayah A menanam kubis, wilayah B harusnya menanam komoditi lain. Agar ketika panen hasilnya tidak melebihi permintaan," tuturnya.

Infrastruktur dari Pemda untuk tanaman holtikultura

Pihaknya juga menyoroti infrastruktur yang disiapkan oleh Pemda. Menurutnya, hasil panen hortikultura yang memiliki karakter mudah rusak, busuk mesti dicarikan solusi.

Salah satunya adalah inovasi teknologi tempat penyimpanan hasil panen. Hal itu perlu dihadirkan oleh pemerintah daerah dibeberapa wilayah kecamatan penghasil sayuran.

"Memang perlu pemerintah memberi bantuan. Juga penguatan kelembagaan di petaninya perlu ditingkatkan lagi. Saya kira termasuk rekayasa sosial bagaimana mengorganisir para petani atau produsen di bidang hortikultura ini bersama-sama dengan stakeholder supaya tata niaganya lebih efisien. Sehingga kalau misalnya harga turun, mereka kan punya fasilitas penyimpanan jadi paling tidak masih bisa aman beberapa waktu," jelasnya.

Ia berharap pemerintah bisa membantu petani dalam menyediakan produk kembangan dari hasil segar. Seperti, produk olahan cabai kemasan baik yang kering hingga yang bubuk. Agar petani tidak hanya mengandalkan penjualan hasil panen segar.

"Selama ini kan umumnya petani kita hanya berhenti pada menjual hasil segar. Masih sangat sedikit yang berfikir sampai produk olahan. Saya rasa itu bisa dibantu juga oleh pemda untuk pelatihan dan pengadaan alat produksinya. Jadi tugas pemerintah selain memfasilitasi juga memperhatikan penguatan manajemennya," ungkapnya.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung, Tisna Umaran menyebut pihaknya tengah berupaya mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh para petani tersebut.

"Kita sedang carikan solusi, bagaimana agar kejadian serupa tak terjadi," kata dia.

Baca juga: Jelang Hari Tani Nasional, Petani Sayur di Pangalengan Dicekik Tingginya Harga Pupuk hingga Ancaman Investor Wisata

Salah satu yang tengah dirancang adalah rekayasa sosial dan pemangkasan jalur distribusi. Dengan solusi itu, diharapkan petani bisa lebih dekat dengan konsumen.

"Kemarin saya mengecek harga bawang. Di pasar harganya masih lumayan tinggi, mencapai Rp 40.000/kg," tambahnya.

Sementara harga bawang di tingkat petani hanya Rp 17.000/kg, sehingga jika dibandingkan dengan harga tingkat konsumen tersapat selisih sampai Rp 23.000/kg. Hal ini terjadi karena rantai distribusi yang terlalu panjang.

"Kami sedang mengupayakan untuk menyelesaikan masalah ini," kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com