Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjual Bensin Eceran, Manfaatkan Antrean Panjang di SPBU hingga Raih Untung Fantastis

Kompas.com - 28/09/2022, 15:20 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Jelang matahari memuncak, para pelanggan di kios dagangan bensin eceran milik Muhamad Rohmat (26) masih terus berdatangan.

Pelanggan yang didominasi oleh pemilik kendaraan roda dua ini, masih setia mengisi bahan bakar di kios bensin eceran miliknya.

Padahal, beberapa kilometer dari kediamannya di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terdapat sebuah SPBU.

"Alhamdulilah, kalau pelanggan terus ada, saya buka dari pagi jam 08.00, tutup paling kalau enggak sore ya malam," katanya ditemui Kompas.com, Rabu (28/9/2022).

Baca juga: Antrean Pertalite di SPBU Bandung 30 Menit, Driver Ojol Rugi hingga Beralih ke Pedagang Eceran

Rata-rata para pelanggan yang datang dan mengisi bensin di kios miliknya merupakan tukang ojek pangkalan dan driver ojek online.

Jauh sebelum Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite menggantikan Premium, para pelanggan yang datang ke kios Rohmat beralasan harga di bensin di pedagang eceran terbilang murah, serta memangkas waktu.

Pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah pusat, antrean panjang di SPBU kerap terjadi, hal itu dimanfaatkan oleh Rohmat pedagang bensin eceran di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa BaratKOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah pusat, antrean panjang di SPBU kerap terjadi, hal itu dimanfaatkan oleh Rohmat pedagang bensin eceran di Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Namun, baru-baru ini ia menemukan alasan baru, yakni jemu dan jenuhnya para pengendara akibat antrean panjang yang kerap terjadi di SPBU pasca kenaikan harga BBM baru-baru ini.

"Ya karena pangkalan ojeknya gak jauh jadi pasti suka ngisi dulu di sini, paling satu liter aja, kalau sekarang katanya males ngantri lama di SPBU," jelasnya.

 Baca juga: Detik-detik Harga BBM Naik, Warga Berbondong-bondong ke SPBU hingga Kecoh Penjual Eceran

Tak hanya kendaraan roda dua saja yang datang mengisi bahan bakar di kios miliknya.

Kendaraan roda empat, seperti angkot, atau kendaraan jasa angkut barang kerap mengisi juga.

"Pelanggan kendaraan roda dua, kadang suka ada angkot, ya kalangan menengah ke bawah," ungkapnya.

Rohmat memulai usahanya sejak 2017, masa-masa kala dia masih mengenyam bangku perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.

Menurutnya, bidang usaha bensin eceran tersebut merupakan usaha yang minim akan resiko.

Pun bisa dilakukan di ruang atau lapak yang tak memakan banyak lahan.

"bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, pertimbangan lainnya rumah saya di pinggir jalan," terangnya.

 Baca juga: Langka, Harga BBM Eceran di Lembata Tembus Rp 50.000 per Botol

Raih keuntungan jutaan rupiah

Saat bahan bakar jenis Premium masih ada, ia tak pernah sedikit pun mengalami kesulitan terutama soal pengadaan bahan bakar.

Kala itu, dalam sehari ia bisa menyediakan 50 liter Premium dan jumlah tersebut bisa habis dalam waktu sehari.

"Dulu belum ada pembatasan, jadi bisa beli sebanyak-banyaknya," kata dia.

Rohmat menyebut, kerap membeli bensin di SPBU yang masih memberikan izin pembelian melalui jeriken.

Baca juga: Diduga Korsleting, Mobil Pengangkut BBM Eceran di Lumajang Hangus Terbakar

Adanya penjual bensin eceran, kata dia, justru memberikan keuntungan bagi pihak SPBU dan petugas sendiri.

"Di satu sisi petugas Pom juga diuntungkan karena ada timbal balik ke mereka," terang dia.

 

Dulu, ia menjual satu liter bensin eceran jenis Premium dengan harga Rp 9.000 kemudian sempat mengalami kenaikan harga menjadi Rp 10.000

"Ya pasti disesuaikan dengan kebijakan pemerintah, kalau naik ya pasti naik saya juga," ungkapnya.

Ia menyediakan 30 botol bensin, jika pelanggan terus berdatangan, dalam sebulan mantan guru ini bisa meraup keuntungan hingga Rp 2 juta per bulan.

Baca juga: Kronologi Mobil Tabrak Ruko hingga 7 Penghuni Tewas, Diduga Berawal Menabrak Rak Jualan Bensin Eceran

Pandemi tandai pergantian Premium ke Pertalite

Ketika badai Pandemi Covid-19 datang, usaha mantan guru mata pelajaran Geografi ini pun ikut terdampak.

Virus yang memporak-porandakan semua sendi kehidupan itu, kata dia, membuat ia kerepotan mencari bensin.

Pasalnya, selain adanya pembatasan aktivitas, kala itu pemerintah juga mulai mengganti bahan baka premium ke pertalite.

"Pelanggan jadi berkurang, mobilitas orang juga berkurang. Pendapatan berkurang paling hanya 15 botol, kalau dikalikan sebulan kurang Rp 1 juta," tambahnya.

Kendati begitu, usaha bensin eceran kala itu semakin menjadi fenomena. Bahkan, kata dia, banyak yang berjualan serupa dengan menggunakan mesin dan akrab disebut Pom Mini.

Baca juga: Antre Pertalite Bisa 30 Menit, Warga Beralih ke SPBU Swasta hingga Bensin Eceran

Ia menjelaskan, perbedaan pom mini dengan pedagang bensin eceran hanya terletak pada penggunaan alat saja.

Pom mini, lanjut dia, jelas menggunakan mesin, sedangkan pedagang eceran masih konsisten menggunakan botol.

"Saat premium digantikan pertalite, usaha bensin eceran mulai menjadi fenomena banyak lahir pengrajin pom mini," bebernya.

Ia memilih tidak menggunakan bensin, lantaran resiko kerusakan mesin yang cukup signifikan dan memakan biaya.

"Tidak memilih tidak menggunakan mesin, karena resiko mesin error dan biaya perawatan," ungkapnya

 

Kenaikan BBM, usaha mulai merangkak naik

Hampir satu bulan pemerintah menaikan harga BBM, Sabtu (3/9/2022) lalu pemerintah secara resmi menaikan harga BBM bersubsidi.

Meski sudah mengalami kenaikan, antrean panjang di SPBU kerap terjadi di beberapa daerah, termasuk Kabupaten Bandung.

Adanya fenomena itu, kata Rohmat, membawa keuntungan bagi usaha bensin eceran miliknya.

"Diakui antrean panjang itu membuat pelanggan bertambah, mungkin jengkel juga harus ngantri sampai 20 menit atau 30 menitan mah," kata dia.

Baca juga: Antrean Pertalite di SPBU Bandung 30 Menit, Driver Ojol Rugi hingga Beralih ke Pedagang Eceran

Pun dengan keuntungan yang didapatkannya. Saat ini usaha bensin eceran miliknya mulai mengalami perkembangan, pasca pandemi.

"Keuntungan bertambah, tapi tidak seperti dulu, dibandingkan dengan masa pandemi lebih baik hari ini," ujar Rohmat.

Rohmat hanya menyediakan bensin jenis Premium saja. Ia menjual dengan harga Rp 12.000 per liter.

"Ya saya juga ambil keuntungan gak jauh, tapi sudah hampir sebulan karena di SPBU ada antrean jadi lumayan banyak juga beli ke sini," tuturnya.

Meski mengalami perkembangan dari sisi penjualan, Rohmat mengaku masih mengalami kendala yakni maraknya peraturan pelarangan pembelian bensin secara berlebihan.

Menurutnya, hal itu tidak fair bagi pengusaha kecil-kecilan seperti dia, pasalnya SPBU saat ini tidak menjangkau wilayah-wilayah terpencil.

"Terlebih setelah pembatasan, pembelian jadi lebih susah atau sulit, padahal kan SPBU juga enggak nyampe tuh ke daerah terpencil, rata-rata kaya petani atau tukang ojek yang jangkauannya jauh itu pasti mengandalkan bensin eceran," kata Rohmat.

Baca juga: Insentif Dihapus dan Diganti Rp 7.050 Per Hari, Kurir Shopee: Buat Bensin Seliter Aja Enggak Cukup

Sementara Ripan Mashuda (33) salah satu driver online dan pelanggan yang membeli bensin di kios Rohmat mengatakan sangat diuntungkan dengan adanya pedagang eceran.

Ripan menyebut, tidak perlu mengantre panjang membeli bensin eceran, meskipun harus menambah biaya operasional Rp 1.000 sampai Rp 2.000.

"Kalau kerjaan kaya saya kan soal waktu yah, ketepatan, kecepatan penjemputan, kalau sekarang harus ngantri lama di SPBU kadang banyan waktu terbuang," ujarnya.

Ripan berharap para pedagang bensin eceran tetap ada dan tidak punah, baginya pedagang bensin eceran sangat membantu dikala kelangkaan atau adanya kenaikan harga BBM.

"Kalau narik malem juga kan sering tertolong dengan keberadaan penjual bensin eceran, karena yang SPBU kan gak semua 24 jam, saya berharap terus ada lah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasib Pilu Anis Dibakar Suaminya Berujung Maut, 3 Minggu Derita Luka Bakar 89 Persen

Nasib Pilu Anis Dibakar Suaminya Berujung Maut, 3 Minggu Derita Luka Bakar 89 Persen

Bandung
Angin Puting Beliung Terbesar di Cimaung, Gemuruh Macam Suara Pesawat

Angin Puting Beliung Terbesar di Cimaung, Gemuruh Macam Suara Pesawat

Bandung
Belasan Pelaku UMKM Disabilitas Buka Sentra Kuliner di Lembang

Belasan Pelaku UMKM Disabilitas Buka Sentra Kuliner di Lembang

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Lebat

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Lebat

Bandung
Rumah Rusak akibat Puting Beliung di Bandung Bertambah Jadi 65

Rumah Rusak akibat Puting Beliung di Bandung Bertambah Jadi 65

Bandung
Derita Penyintas Gempa Cianjur, Melahirkan di Tenda Darurat karena Tak Ada Uang

Derita Penyintas Gempa Cianjur, Melahirkan di Tenda Darurat karena Tak Ada Uang

Bandung
3 Pria Tertabrak Kereta Api di Bandung, 1 Tewas

3 Pria Tertabrak Kereta Api di Bandung, 1 Tewas

Bandung
Video Viral Ratusan Warga Geruduk Maling Motor di Balaidesa Setupatok Cirebon

Video Viral Ratusan Warga Geruduk Maling Motor di Balaidesa Setupatok Cirebon

Bandung
Diguyur Hujan, Tebing Setinggi 120 Meter Longsor Memutus Jalan di Bandung Barat

Diguyur Hujan, Tebing Setinggi 120 Meter Longsor Memutus Jalan di Bandung Barat

Bandung
Pj Bupati Bandung Barat Diperiksa Terkait Kasus Korupsi Pasar Cigasong Majalengka

Pj Bupati Bandung Barat Diperiksa Terkait Kasus Korupsi Pasar Cigasong Majalengka

Bandung
Cerita ODGJ di Indramayu, Dicerai Suami, Diperkosa Tetangga hingga Hamil

Cerita ODGJ di Indramayu, Dicerai Suami, Diperkosa Tetangga hingga Hamil

Bandung
Praktik Kawin Kontrak di Cianjur, Tarifnya Capai Rp 100 Juta, Targetnya Wisatawan Asal Timur Tengah

Praktik Kawin Kontrak di Cianjur, Tarifnya Capai Rp 100 Juta, Targetnya Wisatawan Asal Timur Tengah

Bandung
2 Anak Meninggal karena DBD di Karawang Selama Januari-April 2024

2 Anak Meninggal karena DBD di Karawang Selama Januari-April 2024

Bandung
BNPB: 2023 Terjadi 5.400 Bencana, Naik 52 Persen

BNPB: 2023 Terjadi 5.400 Bencana, Naik 52 Persen

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com