Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Usia Produktif di Sumedang Rentan Terjangkit Demam Berdarah

Kompas.com - 11/10/2022, 16:38 WIB
Aam Aminullah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SUMEDANG, KOMPAS.com - Orang yang paling rentan terjangkit demam berdarah di Sumedang, Jawa Barat adalah kelompok usia produktif, 15-44 tahun.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dr. Reny K Anton mengatakan, warga kelompok umur produktif ini lebih rentan terjangkit demam berdarah karena aktivitas yang tinggi dan faktor imunitas yang lemah.

"Data di tahun 2021 dan 2022, kebanyakan yang terjangkit demam berdarah ini memang kelompok umur produktif. Ini disebabkan karena mereka yang usianya produktif, aktivitas di luarnya juga tinggi. Di sisi lain, imunitas lemah. Sehingga mudah terjangkit virus dengue," ujar Reny kepada sejumlah wartawan saat pertemuan desiminasi informasi DBD di 95 Farm Villa Resto, Sumedang, Selasa (11/10/2022) siang.

Baca juga: 644 Warga Semarang Terpapar Demam Berdarah, 28 Meninggal

Reny menuturkan, angka kasus demam berdarah di Kabupaten Sumedang pada tahun 2022 menunjukkan tren yang terus mengalami peningkatan.

Dari data yang telah Dinas Kesehatan Sumedang himpun hingga bulan September 2022, kasus demam berdarah di Kabupaten Sumedang sendiri sudah mencapai 1.468 kasus, dengan 14 kasus kematian.

Sebelumnya, pada tahun 2021, ada 15 kasus kematian dari total 1.331 kasus. Kemudian, untuk tahun 2020, tercatat ada 7 kasus kematian, dari total 707 kasus.

Sedangkan dari tahun 2017 sampai dengan 2019, Dinas Kesehatan Sumedang tidak menemukan adanya kasus kematian akibat demam berdarah.

"Kasus tertinggi demam berdarah ditemukan di beberapa kecamatan. Penyumbang terbesar adalah Kecamatan Jatinangor, Tanjungsari, dan Cimalaka," sebut Reny.

Reny mengatakan, untuk tahun-tahun sebelumnya, kasus demam berdarah ini biasanya muncul pada awal dan akhir tahun.

"Tapi untuk tahun 2022 ini, kita lihat ada kecenderungan yang berbeda. Karena kasus demam berdarah ditemukan setiap bulannya," tutur Reny.

Perubahan ini, kata Reny, bisa disebabkan akibat cuaca yang tidak menentu atau pancaroba yang terjadi sepanjang tahun 2022 ini.

Sementara, kata Reny, untuk penyebab kematian akibat demam berdarah sendiri akibat faktor masih lemahnya kesadaran warga Sumedang dalam mengakses fasilitas kesehatan. Seperti halnya, memeriksakan diri ke Puskesmas.

Umumnya, kata Reny, warga itu cenderung cuek, bila mengalami sakit panas, sehari dua hari, mereka berpikir besok juga bisa sembuh lagi.

Padahal, gejala demam berdarah sendiri jika panasnya turun justru akan timbul dampak lain yang lebih buruk.

"Nah, rata-rata yang meninggal dunia akibat demam berdarah di Sumedang ini karena pasien terlambat mengakses fasilitas kesehatan," ujar Reny.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com