Sudah memiliki anak yang berkeluarga, menjadi alasan rumah yang diberikan pemerintah di tempat relokasi diberikan kepada anaknya.
"Jadi gimana ya, kalau dulu kan anak saya belum menikah, sedangkan sekarang sudah menikah, otomatis harus beda rumah."
"Nah saya mengalah, rumah relokasi itu saya kasihkan ke anak dan saya kembali lagi ke sini (Dusun Tarikolot)," kata Kuswadi.
Baca juga: Total Rumah Rusak akibat Tanah Bergerak di Bojong Koneng Bogor Jadi 328 Unit
Tinggal di "kampung mati" sebenarnya membuat Kuswadi khawatir dengan bencana pergerakan tanah yang mengacam jiwanya.
Namun, rumah yang ditempatinya saat ini diangggap masih jauh dari pinggiran tebing yang pernah terjadi pergerakan tanah.
"Khawatir mah ada, tapi rumah saya insya Allah aman, karena berada di barat, sedangkan biasanya pergerakan tanah ada di timur," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di TribunCirebon.com dengan judul 'Kampung Mati' di Majalengka Ternyata Masih Dihuni Padahal Rawan Bencana, Ini Alasan Warga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.