Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Fakta Sosiologis Lato-Lato Menurut Akademisi Unpad

Kompas.com - 09/01/2023, 16:07 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Hery Wibowo, mengungkap fakta sosiologis permainan lato-lato.

Permainan tradisional yang ada sejak 1990-an ini kembali populer dimainkan oleh anak-anak di Indonesia saat ini.

Menurut Hery, secara umum, permainan lato-lato menjadi momentum terbaik bagi orangtua untuk “sedikit” melepaskan anak dari ketergantungan bermain telepon seluler.

Baca juga: Beredar Kabar Anak SD di Purwokerto Buta akibat Bermain Lato-lato, Lurah Sokanegara: Tidak Ada

Dengan demikian, anak menjadi sedikit terhindar dari potensi negatif yang bisa dialami ketika terlalu banyak bermain gawai.

“Ini juga momentum terbaik untuk membangun ‘growth mindset’ dengan penekanan bahwa proses itu pending, tidak ada sukses instan, dan berlatih akan membawa hasil,” kata Hery dalam rilisnya, Senin (9/1/2023).

Baca juga: Orangtua di Salatiga Senang Anak Tinggalkan Ponsel karena Lato-lato, Kadisdik Ingatkan Bahayanya

Hery menjelaskan, ada 8 fakta sosiologis terkait permainan lato-lato.

1. Membangun interaksi sosial

Berbeda dengan permainan berbasis perangkat seperti HP, tablet, atau perangkat lainnya, lato-lato lebih menyenangkan untuk dimainkan bersama-sama.

“Artinya, inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi ‘alien’ karena suka menyendiri dan generasi rebahan. Tanpa terasa kohesi sosial antaranak-anak mulai terbangun,” kata Hery.

2. Membangun identitas sosial dan konsep diri yang positif

Secara tidak langsung, anak yang memainkan lato-lato akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan sebayanya.

Hery memaparkan, ini bisa menjadi lahan positif bagi anak untuk membangun konsep diri positifnya, karena mereka memiliki “wahana” untuk menunjukkan kebisaannya yang belum tentu dimiliki anak-anak lain di lingkungan sosial permainannya.

3. Magnet FOMO

Hery menjelaskan, “Fear of Missing Out” atau FOMO menjadi salah satu karakteristik kuat dari generasi Z berdasarkan analisis para ahli.

Generasi Z yang lahir dari tahun 1995-2012 ini selalu takut dikatakan “ketinggalan zaman”, sehingga mereka berlomba mengejar apapun yang sedang viral.

4. Mewadahi karakter generasi Z sebagai generasi “do it yourself”

Permainan lato-lato ini dengan segala kesederhanaannya mampu mendorong pemainnya melakukan ragam inovasi saat memainkan dan menikmatinya.

Melalui ini, kapasitas kreativitas anak dapat terus berkembang dengan cara menyenangkan.

5. Hubungan sosial yang menyenangkan bagi orangtua dan anak

“Momentum memainkan lato-lati dapat menjadi waktu berkualitas bagi anak dan orangtua, sekaligus wahanan pemahaman nilai-nilai positif dan sarana orang tua mengapresiasi kelebihan sang anak, sehingga anak makin merasa berharga. Ini penting bagi tumbuh kembangnya kelak,” paparnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com