BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Keluarga Wiwin dan Noneng, dua korban pembunuhan berantai yang dilakukan Wowon alias Aki (60) dan dua rekannya, masih menunggu kepastian dari polisi.
Keluarga menyebut, Wiwin dan Noneng merupakan pekerja migran Indonesia yang bekerja di Malaysia. Keduanya hilang kontak dengan keluarga setelah pamit bekerja ke luar negeri pada 2020.
Keluarga beberapa kali mencari keberadaan Wiwin dan Noneng, tetapi tak membuahkan hasil. Mereka baru mendengar mendapat kabar tentang Wiwin dan Noneng saat nama korban kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Wowon cs dibeberkan.
Camat Ngamprah Agnes Virganti mengatakan, keduanya tercatat berdomisili di Desa Pakuhaji, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
"Pihak keluarga putus komunikasi sudah lebih dari satu tahun sampai sekarang tidak ada kabar. Menurut info keluarga, mereka sempat kerja di Malaysia," kata Agnes saat dihubungi, Sabtu (21/1/2023).
Berdasarkan penyelidikan polisi, Wiwin dan Noneng dibunuh pelaku di Cianjur pada 2020. Wiwin dan Noneng diminta datang ke rumah pelaku lalu dibunuh dengan cara dicekik menggunakan kain.
Jasad Wiwin dan Noneng dikubur di satu lubang yang berada di samping rumah Solihin. Berdasarkan pengakuan tersangka, keduanya dikubur bersama barang-barang pribadi mereka.
Pelaku lalu menutup lubang itu dengan cara dicor menggunakan semen.
Keluarga Wiwin dan Noneng syok mendengar kabar itu. Mereka tak habis pikir jika keluarga yang berpamitan untuk bekerja itu ternyata jadi korban pembunuhan.
"Sudah dikoordinasikan ke pihak keluarga, mereka syok merasa tak percaya kerabatnya jadi salah satu korban," kata Agnes.
Saat ini, pihak keluarga masih menunggu hasil tes DNA dari jenazah diduga Wiwin dan Noneng.
Baca juga: Terungkap, Wowon Cs, Komplotan Pembunuh Berantai, Raup 1 Miliar dari Para Korban Termasuk TKI
Keluarga korban belum sepenuhnya percaya bahwa Wiwin dan Noneng menjadi korban pembunuhan berantai.
"Pihak keluarga belum yakin. Mereka menunggu dulu hasil tes DNA. Mereka belum percaya jika anggota keluarganya turut menjadi korban (pembunuhan berantai)," kata Kepala Desa Pakuhaji, Heni Wartini saat dihubungi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.