Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peserta Tuntut Pemprov Jabar Lebih Serius Garap Program Petani Milenial

Kompas.com - 03/02/2023, 10:42 WIB
Dendi Ramdhani,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Rizky Anggara (21), peserta program Petani Milenial budidaya tanaman hias asal Lembang, Kabupaten Bandung Barat, menuntut Pemprov Jabar lebih serius dalam menggarap program Petani Milenial.

Rizky menilai, program tersebut sebetulnya sangat bermanfaat bagi anak muda, khususnya kelompok taninya.

Namun, ia menyayangkan minimnya peran Pemprov Jabar dalam menyelesaikan persoalan yang ia hadapi dengan offtaker.

Baca juga: Karut-marut Program Petani Milenial Jabar, Mau Untung Malah Buntung

"Yang saya tangkap dari sini adalah penyelesaiannya tidak ada, keseriusan dari penanganan masalah ini tidak ada," kata Rizky saat ditemui di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/2/2023) petang.

Keluh kesah yang ia sampaikan lewat akun Twitter juga terpaksa dilakukan lantaran penyelesaian masalah yang berlarut-larut.

"Keluhan sudah disampaikan di Twitter saya, itu bisa menjadi gambaran betapa ruwetnya program ini. Tapi kalau bicara keuntungan secara non-materil itu ada, secara materil saya kira tidak sesuai dengan apa yang kami rasakan selama 1 tahun," paparnya.

Baca juga: Peserta Petani Milenial Terlilit Utang, Pemprov Jabar Sebut karena Gagal Ekspor

Ia juga tak menampik selama setahun mengikuti program ada profit yang diterima. Namun, ia menilai tak sebanding dengan upayanya, bahkan malah terlilit utang di akhir program.

"Karena tadi kan dari Agro Jabar ada sharing profit R4 juta ada reward Rp 2,5 juta dan Rp 3,2 dari panen terakhir, itu memang betul ada. Tapi kalau ditotal dalam 1 tahun apakah pantas dalam program gubernur, dalam program pemerintah kami berjuang seperti itu, dan pulang pun membawa utang," keluhnya.

Ia juga mengklarifikasi bahwa pernyataannya tidak mewakili keseluruhan program. Bahkan, di luar persoalan yang ia hadapi banyak ilmu yang didapat.

"Program ini sebenarnya bagus, program ini secara experience, nilai nonmateril sangat bagus. Karena petani milenial ini banyak yang saya soroti di sini adalah yang dirasakan di Lembang. Jangan menyamakan petani milenial angkatan kami dengan tahun 2022 dan dinas lain. Saya pun meramaikan ini atas apa yang dirasakan," jelasnya.

Kepala Biro Perekonomian Provinsi Jawa Barat, Yuke Mauliani menjelaskan, kronologi salah seorang peserta petani milenial di sektor tanaman hias yang terlilit utang hingga dana hasil panen yang tak dibayar offtaker.

Yuke menjelaskan, para peserta petani milenial budidaya tanaman hias ini dibentuk untuk mengisi peluang ekspor. Mereka pun, kata Yuke, telah menyelesaikan masa kontrak program selama setahun.

"Tetapi produk yang akan mereka jual adalah produk yang akan diekspor dan negara tujuannya di Eropa. Di perjalanan kami tidak pernah membayangkan akan terjadi perang. Sedangkan negara yang akan kita lintasi adalah negara terdampak yang akhirnya mengakibatkan terjadinya gagal ekspor," kata Yuke dalam konferensi pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/2/2023).

Akibat gagal ekspor, produk tanaman hias yang sudah dipesan tak bisa dibayar oleh offtaker.

"Artinya dampaknya pada pembayaran dan pembayaran terhadap produk yang sudah mereka buat. Dampak lainnya jadi tidak bisa membayar kredit ke bjb. Itu kronologinya," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com