Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muka Air Tanah di Bandung Turun hingga 60 Persen, Industri Diduga Jadi Penyebab

Kompas.com - 06/02/2023, 11:44 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Sepanjang wilayah Cileunyi hingga Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengalami penurunan muka air tanah (cone of depression) dan masuk kategori rawan.

Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi Rita Susilawati mengatakan, penurunan muka air tanah dengan kondisi rawan itu disebabkan pengambilan air yang terlalu berlebihan. 

Rita mengungkapkan, berdasarkan Peta Konservasi Air Tanah Cekungan Air Tanah  (CAT) Bandung–Soreang yang disusun Badan Geologi pada 2010, di daerah Cileunyi dan sekitarnya terdapat penurunan muka air tanah tertekan (air tanah dalam atau artesis) hingga sekitar 60 meter di bawah muka tanah setempat.

Baca juga: Penyebab Banjir yang Rendam 8 Desa di Malang, Muka Air Sungai Naik hingga 4 Meter

Sehingga daerah tersebut, sambung dia, merupakan daerah rawan dengan tingkat penurunan 40 persen hingga 60 persen dari kondisi awal.

"Fenomena tersebut terlihat di beberapa tempat, antara lain di sekitar daerah Cileunyi hingga daerah Rancaekek dan sekitarnya," ujarnya melalui pesan singkat, Senin (6/2/2023).

Menurutnya, daerah Rancaekek dan sekitarnya memiliki sistem akuifer tertekan (akuifer dalam atau artesis) pada kedalaman sekitar 50 hingga 150 meter.

Baca juga: Minyakita Langka di Bandung Barat, Polisi Usut Potensi Penimbunan

Daerah ini secara hidrogeologis merupakan daerah lepasan air tanah CAT Bandung–Soreang.

"Pola aliran air tanah tertekan (air tanah dalam) pada daerah dataran Rancaekek dan sekitarnya menunjukkan adanya fenomena kerucut penurunan muka air tanah yang mengindikasikan adanya pengambilan air tanah yang sangat intensif," ujar dia.

Bahkan, lanjut dia, wilayah Rancaekek mengalami penurunan muka air tanah tertekan (air tanah dalam/artesis) hingga lebih dari 70 meter di bawah muka tanah setempat.

Hal itu menyebabkan daerah tersebut merupakan daerah rawan hingga rusak dengan tingkat penurunan 40 persen hingga lebih dari 80 persen dari kondisi awal.

Pihaknya menyebut, setelah tahun 2010, Badan Geologi tidak melakukan kegiatan pemantauan kondisi air tanah di daerah Cileunyi dan Rancaekek yang masuk ke dalam CAT Bandung-Soreang.

Kewenangan itu, sambung Rita, menjadi kewenangan pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Saat ini kewenangan pengeloaan air tanah berubah menjadi berdasaran wilayah sungai, dan daerah Bandung yang masuk ke dalam wilayah Sungai Citarum, menjadi kewenangan pusat, sehingga pada tahun 2023 ini Badan Geologi kembali akan melakukan kegiatan pemantauan air tanah di Bandung dan sekitarnya," tambahnya.

Kondisi Air

Rita menambahkan, penyebab rusaknya kondisi air tanah di sepanjang Cileunyi hingga Rancaekek itu, disebabkan pengambilan air tanah yang berlebih di daerah tersebut.

Mengingat di wilayah Rancaekek banyak terdapat bangunan industri, hal itu tak menutup kemungkinan menjadi penyebabnya.

Namun, sambung Rita, perlu dievaluasi lanjutan apakah industri menjadi penyebab terjadi penurunan muka air tanah di Cileunyi hingga Rancaekek.

"Untuk mengetahui apakah industri penyebab utamanya masih perlu evaluasi lanjutan, karena  jika industri menaati pengaturan pengambilan air tanah yang dituangkan dalam izin, seharusnya tidak menimbulkan masalah," ungkapnya.

Pihaknya menyoroti maraknya pengambilan air tanah ilegal dan tidak berizin.

"Yang harus diperhatikan adalah pengambilan  air tanah ilegal atau tidak berizin yang masih marak. Sumur-sumur bor tidak berizin tidak bisa dikontrol debit pemompaan air tanahnya, sehingga berpotensi  menjadi penyebab rusaknya kondisi air tanah di suatu wilayah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sekda Jabar Pastikan Tak Ada WFH bagi ASN di Pelayanan Publik

Sekda Jabar Pastikan Tak Ada WFH bagi ASN di Pelayanan Publik

Bandung
Dicemari Pungli, Pemprov Jabar Evaluasi Pengelolaan Masjid Al Jabbar

Dicemari Pungli, Pemprov Jabar Evaluasi Pengelolaan Masjid Al Jabbar

Bandung
Pengendara Wajib Bayar jika Lewati Portal di Desa Tasikmalaya Ini, Mobil Rp 2.000

Pengendara Wajib Bayar jika Lewati Portal di Desa Tasikmalaya Ini, Mobil Rp 2.000

Bandung
Sejoli Tepergok Mau Kuburkan Bayi Hasil Hubungan Gelap di Jatinangor

Sejoli Tepergok Mau Kuburkan Bayi Hasil Hubungan Gelap di Jatinangor

Bandung
Cerita Polisi Tolong Pemudik Vertigo dan Terjebak di Jalur 'Contraflow'

Cerita Polisi Tolong Pemudik Vertigo dan Terjebak di Jalur "Contraflow"

Bandung
Kronologi Sopir Taksi 'Online' di Bandung Dirampok hingga Alami 70 Jahitan

Kronologi Sopir Taksi "Online" di Bandung Dirampok hingga Alami 70 Jahitan

Bandung
Perjuangan Aiptu Yosep Tangkap Perampok Taksi Online di Bandung

Perjuangan Aiptu Yosep Tangkap Perampok Taksi Online di Bandung

Bandung
Pelaku Pungli Masjid Al Jabbar Ditangkap, Sekda: Saya Minta Maaf

Pelaku Pungli Masjid Al Jabbar Ditangkap, Sekda: Saya Minta Maaf

Bandung
Kronologi Tukang Kebun di Bandung Barat Bunuh Honorer dan Kubur Mayatnya di Dapur

Kronologi Tukang Kebun di Bandung Barat Bunuh Honorer dan Kubur Mayatnya di Dapur

Bandung
Sidak ke Masjid Al Jabbar, Sekda Jabar Ancam Para Pelaku Pungli

Sidak ke Masjid Al Jabbar, Sekda Jabar Ancam Para Pelaku Pungli

Bandung
Libur Lebaran Berakhir, Kebun Raya Cibodas Masih Diserbu Wisatawan

Libur Lebaran Berakhir, Kebun Raya Cibodas Masih Diserbu Wisatawan

Bandung
Pengelolaan Tak Optimal, PAD Pantai Selatan Tasikmalaya Kecil

Pengelolaan Tak Optimal, PAD Pantai Selatan Tasikmalaya Kecil

Bandung
Upah Tak Dibayar, Alasan Tukang Kebun Bunuh dan Cor Pria di Bandung Barat

Upah Tak Dibayar, Alasan Tukang Kebun Bunuh dan Cor Pria di Bandung Barat

Bandung
Pembunuh Pria yang Mayatnya Dicor di Bandung Barat Ternyata Tukang Kebun Kompleks

Pembunuh Pria yang Mayatnya Dicor di Bandung Barat Ternyata Tukang Kebun Kompleks

Bandung
Pembunuh Pria yang Mayat Korbannya Dicor di Bandung Barat Ditangkap

Pembunuh Pria yang Mayat Korbannya Dicor di Bandung Barat Ditangkap

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com