KARAWANG, KOMPAS.com - Somad (66) duduk di kursi depan rumahnya. Matanya memandangi area sekitar rumahnya yang kebanjiran.
Setelah menyesap kopi, Somad memakai sepatu. Berjalan, menyambagi dan berinteraksi dengan tetangga yang juga kebanjiran.
Ia juga memantau situasi sekeliling tempat tinggalnya, di Dusun Pangasinan, Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Somad bercerita awal desanya Desa Karangligar kebanjiran, yakni sejak tahun 2007. Kemudian banjir terbesar, menurutnya terjadi pada tahun 2013 lalu.
"Saat itu karena deras, banyak domba dan sapi yang kebawa arus," ujar Somad kepada Kompas.com, Sabtu (25/2/2023).
Baca juga: Ayah dan Anak di Ende Hilang Diduga Terseret Banjir Bandang
Padahal, kata Somad, dahulu desanya menjadi tempat pengungsian warga bantaran sungai yang kebanjiran. Bahkan ternak pun turut diungsikan ke Desa Karangligar.
"Dulu desa kami jadi pengungsian warga bantaran kali, dari desa lain. Ternak juga diungsikan ke sini. Sekarang tiap tahun desa kami kebanjiran," ujar Somad.
"Ini sudah kesembilan kali. Kemarin banjir datang lagi," lanjutnya.
Somad pun berharap ada solusi dari pemerintah. Misalnya pembuatan pintu air di Sungai Cidawolong dan Kedunghurang yang dinilai dapat mempercepat banjir surut. Termasuk juga pengerukan sungai dan pembetulan drainase.
Ia juga tak keberatan jika pun harus direlokasi. Asalkan ganti ruginya jelas dan pantas.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.