Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Hajat dan Sumber Air Diduga Jadi Penyebab Ratusan Warga di Bandung Barat Keracunan

Kompas.com - 01/03/2023, 07:04 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Reni Susanti

Tim Redaksi


BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Penyebab keracunan massal ratusan warga di Kampung Cijengkol, Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat diduga berasal dari makanan dan sumber air.

Dari dugaan itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat mengumpulkan sampel makanan yang diduga menjadi penyebab ratusan warga mengalami gejala keracunan.

Selain sampel makanan, Dinkes membawa sampel air yang digunakan warga untuk mengolah sajian makanan di gelaran pesta pernikahan warga.

Baca juga: Longsor Tutup Jalan Kolmas Bandung Barat, Lalu Lintas Berlaku Buka Tutup

Sampel itu kemudian dibawa ke laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) untuk diketahui kandungan bakteri yang menyebabkan keracunan massal.

Bupati Bandung Barat Hengki Kurniawan mengatakan, hasil uji laboratorium sampel makanan dan air yang dikirim ke Labkesda itu nantinya akan menjadi petunjuk apa penyebab dari kejadian luar biasa tersebut.

"Kita belum tahu hasil uji laboratoriumnya. Kita pastikan dulu hasilnya dalam 3 hari ke depan, apakah ini dari nasinya, atau kesimpulannya ternyata dari air," ujar Hengki saat ditemui di RSUD Lembang, Selasa (28/2/2023).

Baca juga: Warga Keracunan Makanan Hajat di Lembang KBB Bertambah Jadi 215 Orang

Jika penyebab keracunan berasal dari sumber air yang digunakan untuk mengolah makanan, maka Pemkab Bandung Barat akan melakukan upaya khusus untuk menelusuri sanitasi air.

Sebab, peristiwa keracunan massal 2 pekan lalu di Kampung Cilangari, Desa Cilangari, Kecamatan Gununghalu juga dipastikan berasal dari sumber air yang mengandung bakteri E coli  yang menyebabkan 106 orang keracunan.

"Jika penyebab 2 KLB ini dari sumber air untuk mencuci beras, maka langkah kita akan lakukan sosialisasi kebersihan atau intervensi khusus untuk daerah-daerah yang membutuhkan filter air," kata Hengki.

Sementara itu Kepala Dinkes Bandung Barat, Hernawan Widjajanto menyebutkan, sampel air yang dibawa untuk diuji lab yakni sumber air yang terakhir digunakan oleh warga untuk mengolah masakan di pesta pernikahan tersebut.

"Selain menguji sampel makanan, kita juga langsung melakukan uji laboratorium air dari keran atau titik terakhir yang digunakan warga untuk memasak makanan," kata Hernawan.

Sampel makanan yang dibawa dan diuji di Labkesda mulai dari nasi, rolade, beef steak, sop, kentang mustopa, capcay, dan rujak. Makanan itu disajikan kepada tamu undangan pada pesta pernikahan yang digelar Minggu (26/2/2023).

"Hasil uji labnya kira-kira keluar sekitar satu pekan hingga 10 hari, setelah itu penyebabnya bisa diketahui apakah dari makanan atau dari air," sebutnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Pesan Gibran di Karawang: Kalau Ada Serangan Jangan Dibalas

Pesan Gibran di Karawang: Kalau Ada Serangan Jangan Dibalas

Bandung
Akhir Kasus Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur, Mempelai Wanita Pilih Pisah dengan 'Suami'

Akhir Kasus Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur, Mempelai Wanita Pilih Pisah dengan "Suami"

Bandung
Cerita Kepala KUA Dijanjikan “Sesuatu” jika Bersedia Nikahkan Pasangan Sesama Jenis di Cianjur

Cerita Kepala KUA Dijanjikan “Sesuatu” jika Bersedia Nikahkan Pasangan Sesama Jenis di Cianjur

Bandung
Komitmen Berantas Korupsi, Mahfud MD: Kami Peluru Tak Terkendali

Komitmen Berantas Korupsi, Mahfud MD: Kami Peluru Tak Terkendali

Bandung
Didapuk Jadi Warga Kehormatan Sunda, Mahfud MD Dapat Sapaan Uwak

Didapuk Jadi Warga Kehormatan Sunda, Mahfud MD Dapat Sapaan Uwak

Bandung
Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur Diadakan secara Siri Setelah Ditolak KUA

Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur Diadakan secara Siri Setelah Ditolak KUA

Bandung
Mahfud Sebut Indeks Korupsi Indonesia Turun gara-gara Revisi UU KPK

Mahfud Sebut Indeks Korupsi Indonesia Turun gara-gara Revisi UU KPK

Bandung
Kasus Dugaan 'Bullying' Siswa SD di Sukabumi Dilaporkan sejak Oktober, Polisi Sebut Masih Diselidiki

Kasus Dugaan "Bullying" Siswa SD di Sukabumi Dilaporkan sejak Oktober, Polisi Sebut Masih Diselidiki

Bandung
Ralat Pernyataan, Mahfud MD Pastikan OTT KPK Sudah Cukup Bukti

Ralat Pernyataan, Mahfud MD Pastikan OTT KPK Sudah Cukup Bukti

Bandung
Tangis Wariha, Anak Kesayangannya Tewas Dianiaya Polisi di Subang: Salah Anak Saya Apa?

Tangis Wariha, Anak Kesayangannya Tewas Dianiaya Polisi di Subang: Salah Anak Saya Apa?

Bandung
7 Cara Unik Dedi Mulyadi Sosialisasikan Prabowo-Gibran: Lomba Joget Gemoy

7 Cara Unik Dedi Mulyadi Sosialisasikan Prabowo-Gibran: Lomba Joget Gemoy

Bandung
Kampanye di Tanah Kelahirannya Kuningan, Anies Tawarkan Program 'Pasar Amin'

Kampanye di Tanah Kelahirannya Kuningan, Anies Tawarkan Program "Pasar Amin"

Bandung
Kronologi Pernikahan Mempelai Pria Ternyata Wanita di Cianjur, Akad Nikah Sempat Dilarang Kades

Kronologi Pernikahan Mempelai Pria Ternyata Wanita di Cianjur, Akad Nikah Sempat Dilarang Kades

Bandung
Mempelai Pria yang Ternyata Wanita Memaksa Dinikahkan di KUA, Tolak Berikan Dokumen Identitas

Mempelai Pria yang Ternyata Wanita Memaksa Dinikahkan di KUA, Tolak Berikan Dokumen Identitas

Bandung
Usai Sehari Menikah, Baru Ketahuan Mempelai Pria Ternyata Wanita

Usai Sehari Menikah, Baru Ketahuan Mempelai Pria Ternyata Wanita

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com