Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penikmat "Thrifting" soal Larangan Pakaian Bekas Impor: Enggak Bisa Gitu Dong, Kan Kebebasan Memilih

Kompas.com - 21/03/2023, 15:49 WIB
M. Elgana Mubarokah,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Dia menilai harga produk lokal lebih tinggi dibanding barang impor.

Sekalipun bekas, Regita lebih memilih barang bekas impor untuk dipakainya sehari-hari.

Hal itu lantaran kualitas bahan dari barang lokal dan impor yang jauh berbeda.

"Gini, aku kan terbatas anggaran buat beli fashion, terus aku juga punya selera sendiri. Nah, kadang aku lihat harganya tuh si barang atau brand lokal tinggi banget, tapi ketahanannya kurang, jadi itu sih yang jadi pertimbangan," terangnya.

Regita juga melihat dari sisi ukuran. Biasanya barang bekas atau barang baru impor memiliki ukuran yang beragam.

Berbeda dengan barang lokal yang ukurannya terbatas.

"Ukurannya juga, kalau impor tuh khusus yang big size pasti banyak ukurannya. Nah, kalau lokal beberapa kali aku beli suka enggak sesuai ukurannya," tambah dia.

Regita menyebutkan, terkadang merek lokal cenderung memperkuat sisi promosi saja dibandingkan dengan realita barang yang dijual. Apalagi, merek-merek lokal yang dijual secara online.

Menurutnya, hal itu jadi pertimbangan para penikmat thrifting untuk tetap konsisten menggunakan pakaian impor sekalipun itu bekas.

"Coba saja. Terkadang di marketplace tuh kayak gitu. Penjelasannya gimana tahunya barangnya gimana, terkadang enggak sesuai. Ini aku bicara fakta ya," bebernya.

Regita pun heran terkait aturan pelarangan pakaian bekas impor.

"Kalau aku lihatnya itu kebebasan memilih ya. Enggak bisa dong kalau dilarang. Misalnya harus beli pakaian lokal, oke bisa, tapi kualitasnya harus bagus dulu supaya mampu bersaing dengan brand impor. Aku tahu keinginan baik pemerintah, tapi harus dilihat juga nasib pedagang ke depannya gimana," tambahnya.

Sementara itu, konsumen pakaian bekas impor lain, Fahmi Ishak (33), menilai pakaian bekas impor nyaman dan relevan digunakan.

Soal penyakit di pakain bekas impor, ia meyakini ada cara yang dilakukan para pedagang agar lebih higienis.

"Nyaman dong, kenapa masih saya beli karena buat saya kondisinya masih baik dan nyaman dipakai," kata Fahmi.

Fahmi menyebutkan, saat ini merek lokal banyak yang mulai bermunculan.

Namun, ia melihat merek lokal terlalu banyak menjiplak dan tidak memiliki karakteristik dalam produknya.

"Kalau brand impor itu enggak musiman, ada nilai konsisten. Jadi kalau dipakai, ada istilah 'langka' barangnya. Beda kalau brand lokal. Aku lihatnya banyak yang jiplak dari desain atau apa gitu. Sayang sih kalau mereka (produsen merek lokal) punya ide yang berbeda, yakin bisa bersaing penuh," ujar Fahmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Tanjakan Gentong, Jalur Ekstrem yang Kerap Menjadi Titik Kemacetan

Mengenal Tanjakan Gentong, Jalur Ekstrem yang Kerap Menjadi Titik Kemacetan

Bandung
Sekda Jabar Pastikan Tak Ada WFH bagi ASN di Pelayanan Publik

Sekda Jabar Pastikan Tak Ada WFH bagi ASN di Pelayanan Publik

Bandung
Dicemari Pungli, Pemprov Jabar Evaluasi Pengelolaan Masjid Al Jabbar

Dicemari Pungli, Pemprov Jabar Evaluasi Pengelolaan Masjid Al Jabbar

Bandung
Pengendara Wajib Bayar jika Lewati Portal di Desa Tasikmalaya Ini, Mobil Rp 2.000

Pengendara Wajib Bayar jika Lewati Portal di Desa Tasikmalaya Ini, Mobil Rp 2.000

Bandung
Sejoli Tepergok Mau Kuburkan Bayi Hasil Hubungan Gelap di Jatinangor

Sejoli Tepergok Mau Kuburkan Bayi Hasil Hubungan Gelap di Jatinangor

Bandung
Cerita Polisi Tolong Pemudik Vertigo dan Terjebak di Jalur 'Contraflow'

Cerita Polisi Tolong Pemudik Vertigo dan Terjebak di Jalur "Contraflow"

Bandung
Kronologi Sopir Taksi 'Online' di Bandung Dirampok hingga Alami 70 Jahitan

Kronologi Sopir Taksi "Online" di Bandung Dirampok hingga Alami 70 Jahitan

Bandung
Perjuangan Aiptu Yosep Tangkap Perampok Taksi Online di Bandung

Perjuangan Aiptu Yosep Tangkap Perampok Taksi Online di Bandung

Bandung
Pelaku Pungli Masjid Al Jabbar Ditangkap, Sekda: Saya Minta Maaf

Pelaku Pungli Masjid Al Jabbar Ditangkap, Sekda: Saya Minta Maaf

Bandung
Kronologi Tukang Kebun di Bandung Barat Bunuh Honorer dan Kubur Mayatnya di Dapur

Kronologi Tukang Kebun di Bandung Barat Bunuh Honorer dan Kubur Mayatnya di Dapur

Bandung
Sidak ke Masjid Al Jabbar, Sekda Jabar Ancam Para Pelaku Pungli

Sidak ke Masjid Al Jabbar, Sekda Jabar Ancam Para Pelaku Pungli

Bandung
Libur Lebaran Berakhir, Kebun Raya Cibodas Masih Diserbu Wisatawan

Libur Lebaran Berakhir, Kebun Raya Cibodas Masih Diserbu Wisatawan

Bandung
Pengelolaan Tak Optimal, PAD Pantai Selatan Tasikmalaya Kecil

Pengelolaan Tak Optimal, PAD Pantai Selatan Tasikmalaya Kecil

Bandung
Upah Tak Dibayar, Alasan Tukang Kebun Bunuh dan Cor Pria di Bandung Barat

Upah Tak Dibayar, Alasan Tukang Kebun Bunuh dan Cor Pria di Bandung Barat

Bandung
Pembunuh Pria yang Mayatnya Dicor di Bandung Barat Ternyata Tukang Kebun Kompleks

Pembunuh Pria yang Mayatnya Dicor di Bandung Barat Ternyata Tukang Kebun Kompleks

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com