BANDUNG, KOMPAS.com - Bertahun-tahun warga Kampung Cilember, Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat menanti fasilitas pendidikan yang layak.
Daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung Barat itu masih tergolong terisolir, mulai dari pendistribusian air bersih hingga fasiltas pendidikan.
Kampung Cilember hanya memiliki satu gedung fasilitas pendidikan untuk dua jenjang pendidikan, yakni Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) setara Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Ya di sini hanya, ada tempat ini, untuk MI namanya Baitul Gofur dan MTS itu Al-Huda," kata Darwin Sutendi (58) pemilik Yayasan tersebut saat ditemui, Rabu (4/1/2023).
Baca juga: Kisah Delta, Bocah 10 Tahun yang Terpaksa Putus Sekolah demi Rawat Adik yang Stunting
Kedua jenjang pendidikan itu, kata dia, menjadi salah satu tumpuan warga Desa Lebak Muncang.
Hampir seluruh anak-anak di Kampung Cilember mengenyam pendidikan di MI Baitul Gofur dan meneruskan ke MTS Al-Huda.
Adapun, fasilitas pendidikan lain, kata Darwin, berlokasi di Cibodas yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Kampung Cilember. Bila ada anak bersekolah di sana, setidaknya harus mengeluarkan uang Rp 30.000 sekali jalan untuk sampai di sekolah.
"Kalau harus ke sana juga cukup jauh. Ini kan bukan Desa yang alat transportasinya ada terus, kalau harus pake ojeg sampai ke sana harus bayar Rp 30.000," ujarnya.
Di sisi lain, Darwin mengatakan bahwa orangtua murid yang menyekolahkan anaknya di MI dan MTS tergolong masyarakat ekonomi rendah.
Karena hal itulah, Darwin tidak memungut biaya sekolah, buku, hingga seragam untuk siswa MI dan MTS sejak sekolah dibangun pada 2011 lalu.
"Yang terpenting mah anak-anak di sini nggak putus sekolah, jadi kami gratiskan semua biaya pendidikan di MI dan MTS ini," ungkapnya.
Saat ini total jumlah siswa di MI dan MTS sebanyak 75 orang. Siswa MTS sebanyak 25 orang, dan 50 orang siswa MI.