BANDUNG, KOMPAS.com - Sejumlah perwakilan partai politik peserta Pilkada Kota Bandung meninggalkan kegiatan Peluncuran Tahapan, Maskot, dan Jingle Pilkada Kota Bandung yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung, Minggu (9/6/2024).
Para perwakilan partai politik ini merasa tidak dihargai sebagai undangan dalam kegiatan tersebut, terutama dalam hal penempatan tempat duduk yang berada di posisi belakang.
"Kami walk out karena yang diundang itu ketua dan sekretaris partai dalam undangan. Kami bukan gila hormat, tapi kenapa kursi kami di belakang," kata Ari Setia Sakti, Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bandung, saat dihubungi melalui ponselnya seusai meninggalkan acara KPU di Harris Convention Centre, Jalan Peta, Kota Bandung, Minggu.
Baca juga: Ketika Nasdem Ngebet Koalisi dengan PKB di Pilkada Kota Bandung
Ari mengatakan, karena tidak ada petunjuk di kursi, dia kemudian mencoba duduk di kursi bagian depan. Tapi panitia kemudian memintanya duduk di baris belakang.
"Kami mencoba masuk pun dihalangi-halangi sama EO untuk duduk di depan," ungkapnya.
Aria menambahkan, tidak terbayang jika ketua partai politik yang saat ini menduduki jabatan pimpinan di DPRD Kota Bandung seperti Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bandung Achmad Nugraha ditempatkan di kursi belakang.
Baca juga: Golkar, Gerindra dan PSI Resmi Berkoalisi di Pilkada Kota Bandung, Punya 18 Kursi
"Kebayang enggak, pimpinan partai di Kota Bandung yang juga pimpinan DPRD seperti Pak Achmad Nugraha, Pak Edwin Senjaya, berada di belakang. Ketua dan sekretaris partai politik ini kan peserta pemilu juga, " ungkapnya.
Senada dengan Ari, Wakil Ketua Partai Gelora Kota Bandung, Agam Darmawangsa mengaku kecewa dengan KPU Kota Bandung yang terkesan asal-asalan membuat kegiatan sebesar Peluncuran Tahapan, Maskot, dan Jingle Pilkada Kota Bandung.
"Teman-teman kecewa. Kan, yang diundang itu ketua partai, tapi tiba-tiba membaur saja (tanpa petunjuk kursi) yang di depan katanya untuk penyelenggara pemilu. Ya, kami kecewa, jadi teman-teman (parpol) keluar semua," bebernya.
Agam mengira, hanya partainya saja yang diminta untuk berada di kursi belakang karena merasa partainya tidak memiliki keterwakilan di DPRD Kota Bandung. Ternyata, hampir rata-rata perwakilan partai politik yang hadir duduk di belakang.
"Kami kira itu cuma partai kita saja. Pas ke sini aduh, kecewa. Tadi teman-teman (parpol) keluar semua karena merasa kecewa. Kalau partai ya seharusnya ditempatkan di depan lah, ini kita disuruh berbaur, " pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.