Editor
BANDUNG, KOMPAS.com - Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB dan Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta mengembangkan Pressure Cast Socket (PCast).
PCast merupakan alat bantu untuk membuat soket kaki palsu bawah lutut, khususnya dalam pembuatan cetakan plaster tungkai kaki sisa pasien amputasi dengan memanfaatkan tekanan air di dalam sebuah tangki silinder.
“Dengan teknologi ini memungkinkan pembuatan cetakan tungkai kaki sisa yang lebih efisien dan kualitas yang lebih konsisten karena dapat mengurangi ketergantungan pada keterampilan spesifik seorang prosthetist dalam membentuk cetakan. Sebab dalam proses pembentukan cetakan kaki memanfaatkan tekanan air yang merata di dalam tangki,” ujar Sandro Mihradi, dosen FTMD ITB dalam rilisnya, Jumat (6/12/2024).
Baca juga: Profil Rektor ITB Tatacipta Dirgantara
Sandro menambahkan, metode ini tidak hanya mempermudah proses pembuatan cetakan, tetapi juga dapat menekan biaya. Bahkan bisa mempercepat proses produksi secara keseluruhan karena dapat menghilangkan atau mengurangi proses rektifikasi pada cetakan positif kaki palsu.
Dalam program ini tim dari FTMD ITB memodifikasi desain PCast sebelumnya yang kurang efisien dan nyaman. Yaitu dalam hal pengencangan kepala tabung dengan mekanisme clamping, sehingga lebih cepat dipasang. Begitupun pengatur ketinggian tabung yang dapat menyesuaikan dengan tinggi pasien amputasi.
Baca juga: ITB Rekrut 14 Psikolog untuk Atasi Masalah Kesehatan Mental Mahasiswa
“Berdasarkan masalah PCast sebelumnya, modifikasi desain terbaru menghasilkan produk yang lebih mudah dipasang dan dioperasikan oleh tenaga rehabilitasi dan ketinggian yang nyaman bagi pengguna,” ujar Sandro Mihradi, dosen FTMD ITB.
Sandro menilai pentingnya perhatian bagi penyandang disabilitas, terutama mereka yang mengalami amputasi kaki.
“Banyak dari mereka berada di usia produktif dan menjadi tulang punggung keluarga. Kehilangan mobilitas membatasi aktivitas dan berdampak besar pada kesejahteraan mereka,” ujarnya.
Kaki prostetik ini diberikan pada penyandang disabilitas. Sebelum memberikan bantuan, Pusat Rehabilitasi Yakkum akan melakukan assessment.
"Assessment dengan menyediakan konseling dan juga terapi otot bagi para penyandang disabilitas agar alat yang akan menopang kaki mereka tidak sekadar kosmetik, tetapi juga memiliki dampak kesehatan,” ujar Rita Tri Haryani, perwakilan Pusat Rehabilitasi Yakkum.
Program yang dinamai 1.000 Kaki Prostetik untuk penyandang disabilitas ini tidak hanya terbatas pada pemberian prostetik.
Namun juga pemberdayaan bagi penyandang disabilitas melalui rehabilitasi berbasis masyarakat dan intstitusi.
Hal ini dimaksudkan agar para penyandang disabilitas bisa memenuhi kebutuhan juga menguatkan kemampuan mereka ketika kembali ke masyarakat.
“Pemberdayaan dilakukan agar mereka bisa kembali memiliki kepercayaan diri untuk mobilitasnya, bekerja, kegiatan sehari-hari, sehingga mereka kembali produktif untuk menunjang kesejahteraannya bahkan ekonomi mereka bisa terpenuhi pasca amputasi,” imbuh Rita.
Bantuan ini layak diberikan. Sebab survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2020 yang dilakukan BPS, terdapat 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia, penyandang disabilitas.
Sedangkan berdasar pada laporan Survey Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 tercatat prevalansi disabilitas berjalan sebagai yang terbanyak kedua, yaitu sebanyak 0,4 persen.
Berdasarkan hasil studi terhadap penyandang disabilitas di Indonesia pada tahun 2017 (Disability in Indonesia: What can we learn from the data?), diketahui bahwa mayoritas penyandang disabilitas tidak memiliki akses terhadap alat bantu dan hanya sekitar 25 persen yang memiliki akses untuk memiliki prostetik.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang