KARAWANG, KOMPAS.com - Tim Ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (Surili) Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan dua jenis kupu-kupu raja yang dilindungi dari 96 spesies kupu-kupu di Pegunungan Sanggabuana.
Tim Ekspedisi Surili melakukan ekspedisi di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana bersama Sanggabuana Wildlife Ranger dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) dan Perum Perhutani KPH Purwakarta selama 16 hari sejak 18 Desember 2024. Tim menelusuri potensi ekosistem flora fauna langka di kawasan Pegunungan Sanggabuana.
Candra Sugiharto, leader tim ekspedisi dari Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University mengatakan, timnya berhasil mendata flora dan fauna yang ada di Pegunungan Sanggabuana. Selain itu, timnya juga mendata sejumlah gua yang ada di kawasan Karst Pangkalan.
Baca juga: Fenomena Gerombolan Kupu-Kupu di Kediri, Diduga Migrasi Cari Makan
Hasilnya, tim ekspedisi berhasil mendata 83 spesies kupu-kupu dari 5 famili kupu-kupu yang ada.
"Dari 96 jenis kupu-kupu yang berhasil didata, juga terdapat dua jenis kupu-kupu raja, yaitu Troides helena dan Troides amphrysus," kata Candra kepada Kompas.com, Kamis (2/1/2025).
Dua spesies kupu-kupu raja ini, kata Candra, masuk dalam IUCN Red List dengan kategori Least Concern (LC) dan Appendix II CITES. Keduanya juga termasuk satwa dilindungi sesuai dengan Permen 106/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Baca juga: Yogyakarta International Airport Diserbu Kupu-kupu, Apa yang Terjadi?
Candra menyebut, Kelompok Pemerhati Kupu-Kupu (KPK) berhasil mendata 96 spesies dari 6 famili kupu-kupu yaitu, Papilionidae, Hesperlidae, Lycaenidae, Nymphalidae, Pieridae, dan Riodinidae. Jumlah ini hanya yang terdata selama 17 hari, dan hanya di sekitaran blok Cikoleangkak sampai Camp Phillip dan jalur pendakian dari blok Pancuran Kejayaan.
“Kemungkinan jumlah pastinya lebih banyak jika dilakukan pendataan ulang di seluruh kawasan Pegunungan Sanggabuana," ujar Candra.
Candra mengatakan, keragaman kupu-kupu yang berhasil didata ini merupakan kabar baik. Sebab, kupu-kupu mempunyai banyak manfaat positif bagi lingkungan, seperti sebagai komponen ekosistem, polinator atau penyerbuk bunga, dan bioindikator lingkungan.
“Kupu-kupu adalah serangga yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, degradasi habitat, dan perubahan iklim, jadi keragaman populasi kupu-kupu bisa dijadikan indikator lingkungan kawasan Pegunungan Sanggabuana," kata Candra.
Candra juga menyebut, kemungkinan ekspedisi lanjutan untuk mendata keanekaragaman hayati di Sanggabuana. Terutama keragaman dan persebaran kupu-kupu dan pemanfaatan sebagai indikator kualitas lingkungan dengan memantau pola distribusi, kelimpahan, dan perubahan habitatnya.
Tim ekspedisi yang juga memasang kamera trap di hutan yang juga berhasil mendata satwa langka lain seperti julang emas (Rhyticeros undulatus), owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), lutung jawa (Trachypithecus auratus), beberapa jenis raptor migran, ular kobra (Naja sputatrix), dan ular naga jawa (Xenodermus javanicus) ketika mendata herpetofauna.
Bernard T. Wahyu Wiryanta, peneliti dan juga Dewan Pembina di Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) menyambut baik temuan banyak spesies satwa, terutama kupu-kupu oleh Tim Ekspedisi Surili ini.
Temuan ini, kata Bernard, akan memperkaya daftar keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana. Sebab, kata dia, tidak mungkin SCF mendata sendiri semua keanekaragaman hayati di seluruh kawasan hutan Pegungungan Sanggabuana.
"Dengan bantuan teman-teman dari IPB ini, tentu akan mempercepat pengumpulan data biodiversity yang ada sebagai pelengkap data. Sehingga bisa dirumuskan program perlindungan dan pelestarian ke depan," ujar Bernard.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang