Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Cabai di Pasar Induk Tasikmalaya Mulai Turun, Rp 70.000 per Kg

Kompas.com, 9 Maret 2025, 16:17 WIB
Irwan Nugraha,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Harga cabai di Pasar Induk Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami penurunan sampai Rp 70.000 per kilogram pada Minggu (9/3/2025).

Harga tertinggi jenis cabai domba, yang pekan pertama Ramadhan mencapai Rp 100.000 per kilogram.

Cabai domba sendiri paling diminati masyarakat dibandingkan cabai rawit biasa karena tingkat kepedasannya yang tinggi.

Baca juga: Strategi Pemerintah Kaltim Atasi Lonjakan Harga Cabai yang Capai Rp 300.000 Per Kilogram

"Harga cabai domba sekarang Rp 70.000 per kilonya. Sekarang sudah turun mendekati normal. Ada juga yang jual Rp 60.000 per kilonya sesuai kondisi cabai segar banget atau agak layu," jelas pedagang cabai di Pasar Cikurubuk Tasikmalaya, Cepi Putra di kiosnya, Minggu (9/3/2025).

Cepi menambahkan, cabai merah besar pun harganya sudah normal mencapai Rp 35.000 per kilogram yang sebelumnya mencapai Rp 60.000 per kilogram.

Sedangkan cabai hijau besar harganya hanya Rp 25.000 per kilogram dengan pasokan yang melimpah di pasaran.

"Harga sayuran seperti tomat dan ketimun saat ini pun normal harganya mulai Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per kilogramnya. Buncis juga sekarang per kilogramnya Rp 7.000. Normal harganya," tambah dia.

Sebelumnya, harga berbagai jenis cabai di Pasar Induk Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, masih mahal bagi pembeli sejak awal puasa Ramadhan, Selasa (4/2/2025).

Paling termahal harga cabai rawit jenis domba sampai harganya tembus Rp 100.000 per Kg dari para pedagang pasar.

Kemudian, cabai rawit biasa berwarna hijau tembus Rp 70.000 sampai 75.000 per Kg yang biasa dipakai untuk cabai pelengkap gorengan.

"Kalau cabai rawit domba kenapa mahal? Cabai itu paling dicari karena pedasnya banget. Jadi kalau buat para pedagang lauk nasi, cabai domba irit gak boros saat biat sambal. Kalau cabai rait biasa, kurang pedas makanya harganya lebih murah," jelas Ustaz Imat, salahsatu pedagang sayuran di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Selasa siang.

Baca juga: Harga Cabai di Berau Kaltim Tembus Rp 300.000, Warga: Sudah Kayak Emas

Imat menambahkan, cabai domba berbentuk besar dan gendut dibandingkan dengan cabai biasa berwarna kuning dan merah.

Ukurannya pun menjadi pilihan para pembeli karena jumlahnya lebih sedikit untuk mencapai kepedasan sesuai dengan yang diinginkan.

"Jadi kalau hitung-hitungan para pedagang, sangat masuk dan irit. Jadi gak terlalu perlu banyak beli cabai untuk menginginkan pedas sambal sesuai kebutuhan," kata dia. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau