Editor
CIREBON, KOMPAS.com – Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) bersama Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB), meluncurkan Kampung Batik AI di Cirebon.
Hal ini merupakan respons atas perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang kini mulai memasuki industri kreatif, khususnya batik. Cara ini pun menjadi terobosan baru dalam pelestarian budaya dan transformasi digital batik.
“Kita tidak bisa menolak teknologi, tetapi kita harus memastikan bahwa teknologi memperkuat budaya, bukan menggantikannya,” tegas Ketua Umum APPBI, Komarudin Kudiya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (9/6/2025).
Baca juga: Feeder Batik Solo Trans Terbakar akibat Korsleting dan Kebocoran BBM
Dalam sesi pelatihan, peserta diperkenalkan pada dasar-dasar AI generatif dan bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk menghasilkan motif batik yang inovatif namun tetap mengakar pada nilai tradisi.
Simulasi desain digital menunjukkan bahwa AI mampu menciptakan puluhan motif dalam hitungan menit, namun tetap harus diterjemahkan melalui proses batik tulis manual.
“AI hanya alat bantu, bukan pengganti. Justru kita ingin AI ini memberdayakan perajin, membuka ruang eksplorasi yang lebih luas tanpa kehilangan akar tradisi kita,” tutur Komarudin yang juga dosen di sejumlah kampus tersebut.
Baca juga: Batik, Hairnet, dan Etika Dapur: Begini Pelatihan Petugas Cegah Keracunan MBG
Seorang perajin dari Kecamatan Plered, Lilis, juga menyampaikan pengalamannya.
“Saya baru pertama kali mengenal AI, dan ternyata ini sangat membantu saya untuk mencari ide motif batik baru. Tapi yang paling saya senang, saya tetap harus membatik manual agar hasilnya tetap asli dan bernilai,” tutur Lilis.
Peluncuran ini hanya langkah awal. APPBI dan YBJB berencana menggelar Pameran Batik AI pada Agustus 2025 di Bandung sekaligus peluncuran buku Revolusi Batik AI karya Komarudin.
Buku ini membahas proses, tantangan, dan refleksi kultural atas interaksi manusia dan AI dalam membatik.
“Kami ingin setiap kota memiliki pusat inovasi batik digital berbasis komunitas. Tidak sekadar ikut tren, tapi punya komitmen pelestarian budaya,” ujar perwakilan YBJB, Heri.
Sementara itu, P3BC menyatakan komitmennya untuk terus memberi pelatihan lanjutan dan pendampingan teknis kepada para perajin.
Acara ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama antar lembaga sebagai wujud kolaborasi jangka panjang dalam membangun ekosistem batik berbasis digital yang inklusif dan adaptif.
Dengan pembentukan Kampung Batik AI, Cirebon menegaskan perannya bukan hanya sebagai pusat batik tradisional, tetapi juga sebagai pionir integrasi budaya dan teknologi di Indonesia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang