Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Keluhkan Villa di Punclut ke Dedi Mulyadi: Jalan Rusak, Tak Izin Tetangga

Kompas.com, 11 Juli 2025, 16:53 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Warga Punclut RW 12, Kampung Sukasari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat mengeluhkan keberadaan sebuah villa yang berdiri di atas lahan seluas 1.600 meter persegi ke Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. 

Selain diduga tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), penghuni villa juga dinilai tertutup dan tidak memberikan kontribusi terhadap warga sekitar.

Ketua RT 01 RW 12 Kampung Sukasari, Nana Surya mengatakan, villa tersebut dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar dan tanpa izin lingkungan.

"Setahu saya tidak ada laporan saat membangun. Saat ditanya juga katanya untuk kebun singkong, tapi kok lama-lama banyak sekali yang kerja di sana. Jadi boro-boro ada izin ke warga," ujar Nana dalam keterangannya, Jumat (11/7/2025). 

Baca juga: Menteri LH Desak Dedi Mulyadi Revisi Tata Ruang: 1,2 Juta Hektar Kawasan Lindung Hilang

Hal senada disampaikan tokoh masyarakat, Uu Ruswandi. Ia menilai selain tak mengantongi IMB, penghuni villa juga tidak terbuka terhadap warga.

Bahkan, jalan menuju villa dibiarkan rusak tanpa ada perbaikan meski sebelumnya sempat berjanji akan membantu warga.

"Dulu kepada warga pernah berjanji akan bantu keperluan warga. Semacam ingin ada kontribusi. Tapi kenyataannya tidak sama sekali. Jalan aja rusak tidak diperbaiki," ujarnya.

Baca juga: 40 Hektar Tanah Warga Adat Cireundeu Terancam, Dedi Mulyadi Usulkan Jadi Cagar Budaya

Ketua Linmas RW 12, Wawan Rinjani, juga menyayangkan sikap penghuni villa yang tidak pernah ikut serta dalam kegiatan warga.

"Memang tertutup. Kalau ada kegiatan masyarakat juga tidak pernah ikut apalagi membantu," katanya.

Ketua RW 12 Desa Pagerwangi, Agus Taryana menambahkan, villa tersebut dibangun tanpa izin dari warga sekitar.

"Saya sendiri tidak tahu ceritanya kenapa tiba-tiba ada berdiri bangunan vila di situ. Karena memang izin membangun ke tetangga saja tidak ada apalagi IMB. Ini kan jelas sudah tidak benar," ucapnya.

Ia pun menyayangkan sikap tertutup penghuni villa yang dinilai tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

"Waktu masyarakat kerja bakti membersihkan saluran air boro-boro penghuninya keluar, yang ada petugasnya cuma nongol melihat. Jadi kata masyarakat mah sombong. Katanya yang menempati anaknya," ujar Agus seraya menyebutkan villa tersebut milik salah satu anggota DPRD Jabar. 

Warga pun meminta nama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk ikut membantu menyelesaikan persoalan ini. 

"Pak Dedi, Punclut kan masuk KBU (Kawasan Bandung Utara)," ungkap warga. 

Seperti diketahui KBU merupakan daerah yang disorot banyak pihak karena dinilai sudah kritis. Bahkan terdapat usulan moratorium izin pembangunan di sana.  

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Pabrik Jamu di Sukabumi Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 500 Juta
Bandung
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
4 Kasus Kejahatan terhadap Anak Terjadi di Tasikmalaya, dari Perkosaan hingga Penyekapan di Hotel
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau