CIANJUR, KOMPAS.com - Situs Megalitikum Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, segera dipugar.
Seratus ahli dari berbagai disiplin ilmu disiapkan untuk mengungkap misteri situs yang diklaim lebih tua daripada Piramida Mesir itu.
Ketua Tim Kajian Pemugaran Situs Gunung Padang, Ali Akbar, menyatakan bahwa awal pekan ini hingga akhir tahun, tim peneliti akan melakukan kajian komprehensif dan menyeluruh, termasuk perbaikan sejumlah struktur situs yang rusak akibat faktor alam.
Ali menjelaskan, kajian tidak hanya dilakukan di permukaan, tetapi juga mencakup bagian dalam situs.
Baca juga: 7 Situs Megalitik di Indonesia, Ada Gunung Padang dan Lore Lindu
"Akan ada ekskavasi. Kami juga akan melakukan pengeboran untuk mengambil sampel yang akan diteliti," ujar Ali saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Minggu (3/8/2025) malam.
Menurut dia, sebelum proses pemugaran dilakukan, kajian menyeluruh harus dilaksanakan dengan melibatkan para ahli lintas bidang.
"Kajian harus dilakukan secara saksama, tidak tergesa-gesa, agar diketahui bagian mana yang perlu diperbaiki atau diganti," kata dia.
"Hasil kajian ini nantinya akan kami presentasikan ke pemerintah sebagai dasar sebelum pemugaran menyeluruh dilaksanakan tahun depan," lanjutnya.
Ali berharap, saat pemugaran dimulai nanti, terdapat kepastian hukum serta kesinambungan dalam prosesnya.
Baca juga: Peneliti Sebut Gunung Padang Berpotensi Menjadi Piramida Tertua di Dunia
Lebih lanjut, Ali menjelaskan bahwa kajian ini ditujukan untuk menghasilkan model tiga dimensi Situs Gunung Padang yang lebih presisi.
Dengan demikian, ilustrasi situs yang selama ini beredar bisa dibandingkan dengan hasil pemodelan terbaru.
"Model yang dihasilkan kemungkinan tidak akan jauh berbeda dengan ilustrasi yang ada saat ini. Namun, detail seperti lekuk-lekuk, ukuran, dan ceruk-ceruk akan lebih presisi dan tampak jelas," ujarnya.
Untuk itu, tim akan menggunakan teknologi pemindaian berbasis laser dari udara, menggunakan drone berukuran besar yang dilengkapi pulse radar.
Data yang terkumpul kemudian diproses di komputer untuk menghasilkan citra bebas hambatan visual seperti pepohonan.
"Modeling ini akan kami presentasikan sebagai bagian dari hasil kajian dan menjadi bahan pertimbangan sebelum pemugaran menyeluruh dikerjakan tahun depan," tuturnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang