KOMPAS.com – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bakal melakukan penghematan besar-besaran dalam penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2026.
Sejumlah kegiatan akan dipangkas, seperti seremoni dan perjalanan dinas.
Kebijakan itu diambil setelah dana transfer daerah dari pemerintah pusat mengalami penurunan drastis.
Dalam pembahasan bersama jajaran di Kantor Gubernur, Bandung, Rabu (24/9/2025), yang juga disiarkan lewat kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, terungkap bahwa secara nasional dana transfer daerah turun dari Rp 919 triliun pada 2025 menjadi Rp 693 triliun pada 2026.
Baca juga: Korban Keracunan MBG di Bandung Barat Tembus 842 Orang dalam 3 Hari!
Untuk Jawa Barat, penurunan dana transfer daerah mencapai Rp 2,458 triliun.
Rinciannya, dana bagi hasil pajak pusat merosot dari Rp 2,2 triliun menjadi Rp 843 miliar, dana alokasi umum (DAU) dari Rp 4 triliun ke Rp 3,3 triliun, serta dana alokasi khusus (DAK) fisik senilai Rp 276 miliar benar-benar dihapus.
Sementara itu, DAK nonfisik untuk BOS turun tipis dari Rp 4,8 triliun ke Rp 4,7 triliun.
Terkait penurunan drastis bagi hasil pajak menjadi Rp 843 miliar, Dedi berkelakar bahwa itu bukan turun, melainkan hilang.
“Bukan turun, itu mah hilang, Pak. Kalau turun mah 10 persen,” kata Dedi tertawa dalam forum tersebut.
Meski demikian, Dedi menegaskan program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat tetap akan berjalan.
“Pembangunan ruang kelas baru, layanan kesehatan, dan kesejahteraan sosial tidak akan satu rupiah pun dikurangi,” ujarnya kepada Kompas.com lewat sambungan telepon, Rabu (24/9/2025) malam.
Pemprov Jabar bakal memangkas anggaran yang dianggap tidak mendesak, seperti:
Dedi memastikan langkah efisiensi ini tidak akan menyentuh pekerja lapangan seperti satpam dan office boy.
“Itu kehidupan mereka yang harus kita jaga,” tegasnya.
Ia mengakui, kondisi APBD 2026 sangat berat. Namun, pemerintah daerah harus tetap berjuang melayani masyarakat.
“Seberat-seberatnya sekarang, masih punya bensin, kantor, dan internet. Jadi ya sudah, sebagai pemimpin pejuang anggap ini cara untuk meraih kemajuan dengan kerja keras,” ucapnya.
“Pokoknya yang berkunjung ke Jawa Barat nanti jangan komplain sama saya. Karena saya hanya nyuguhin air putih. Karena punyanya tinggal itu,” tutup Dedi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang