Salin Artikel

Sejarah dan Asal Nama Kota Bandung

KOMPAS.com - Kota Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat yang resmi berdiri pada tanggal 25 September 1810.

Menurut jumlah penduduknya Kota Bandung juga memiliki predikat sebagai kota terbesar nomor tiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.

Menjadi salah satu kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, ternyata ada sejarah panjang di balik berdirinya Kota Bandung yang berlangsung sejak masa Kerajaan Mataram hingga zaman kolonial.

Sejarah Kota Bandung

Dirangkum dari situs resmi Humas Kota Bandung, terbentuknya kota ini terjadi jauh sebelum Kota Bandung diresmikan.

1.Masa Kerajaan Mataram

Sejarah berdirinya Kota Bandung bermula pada masa Kerajaan Mataram tepatnya pada abad ke-17.

Sosok Tumenggung Wiraangunangun yang juga dikenal dengan nama Ki Astamanggala menjadi Bupati Bandung pertama yang berdiri di bawah pemerintahan Kerajaan Mataram.

Ia dilantik bersama dua bupati lainnya berdasarkan "Piagem Sultan Agung", yang dikeluarkan pada hari Sabtu tanggal 9 Muharam Tahun Alip (penanggalan Jawa).

Saat itu ibu kota Kabupaten Bandung berada di Krapyak yang sekarang disebut Dayeuhkolot.

Krapyak sendiri berada kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung, dan disebut merupakan sebuah tempat yang terletak di tepi Sungai Citarum dekat muara Sungai Cikapundung.

Kekuasaan mataram di wilayah Bandung bertahan hingga tahun 1677 sebelum akhirnya jatuh ke tangan kompeni.

2.Masa Pendudukan Hindia Belanda

Pada masa kepemimpinan bupati ke-6, yaitu R.A Wiranatakusumah II, membuka sejarah baru Kota Bandung di mana kekuasaan beralih ke Pemerintahan Hindia Belanda.

Pada masa ini Kota Bandung jatuh di bawah pimpinan gubernur jenderal Herman Willem Daendels.

Pemerintahan Daendels tersohor karena usahanya membuat Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dari Anyer hingga ke Panarukan.

DI Kota Bandung sendiri, jalan yang dibangun Daendels itu sekarang dikenal dengan Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Asia Afrika, serta Jalan A. Yani.

Dibangunnya Jalan Raya Pos oleh Daendels juga menjadi faktor sejarah Kota Bandung berpindahnya lokasi ibu kota.

Bupati Bandung saat itu telah menyiapkan sebuah lahan strategis yang akan dibangun menjadi pusat kota dengan akses yang lebih baik ke Jalan Raya Pos buatan Daendels.

Dari Krapyak, ibu kota dipindahkan ke tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang kini menjadi pusat Kota Bandung.

Mula-mula Bupati R. A. Wiranatakusumah II tinggal di Cikalintu yang kini berada di daerah Cipaganti.

Kemudian posisi kantor bupati sempat berpindah ke Balubur Hilir, dan kemudian ke daerah Kampur Bogor atau Kebon Kawung yang sekarang menjadi lahan Gedung Pakuan.

Dengan alasan inilah Bupati R. A. Wiranatakusumah II disebut sebagai pendiri (The Founding Father) Kota Bandung.

Kota Bandung pun akhirnya diresmikan sebagai ibu kota Kabupaten Bandung dengan surat keputusan bertanggal 25 September 1810.

Asal Nama Kota Bandung

Melansir dari laman PPID Kota Bandung, asal nama Bandung tak lepas dari sejarah Kota Bandung tempo dulu.

Hal ini karena nama Bandung sendiri disebut berasal dari kata “bendung” atau “bendungan”.

Menurut wilayahnya pada zaman dulu Kota Bandung disebut berada di aliran Sungai Citarum yang terbendung oleh lava yang berasal dari Gunung Tangkuban Perahu.

Hal ini menyebabkan daerah antara Padalarang hingga Cicalengka serta daerah antara Gunung

Tangkuban Parahu hingga Soreang sempat terendam air.

Tempat itu kemudian berubah menjadi sebuah telaga besar yang dikenal dengan sebutan “Danau Bandung” atau “Danau Bandung Purba”.

Setelah surut, bekas danau tersebut menjadi tempat berdirinya pemerintahan Kabupaten Bandung.

Adapun pendapat lain yang menyebut bahwa istilah Bandung berasal dari nama dua buah perahu yang dikendarai oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II.

Kendaraan ini disebut digunakan R.A. Wiranatakusumah II melayari Citarum dalam rangka mencari tempat sebagai pengganti lokasi ibu kota lama di Dayeuhkolot.

Sumber:
https://humas.bandung.go.id/berita/sejarah-singkat-kota-bandung-dari-krapyak-cipaganti-hingga-jalan-pos

https://ppid.bandung.go.id/knowledgebase/cerita-rakyat-bandung-asal-usul-nama-bandung/

https://bandung.kompas.com/read/2021/12/22/134221978/sejarah-dan-asal-nama-kota-bandung

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com