Salin Artikel

Mengenal Wayang Golek, dari Sejarah hingga Dalang Asep Sunandar Sunarya

KOMPAS.com - Wayang golek berasal dari wilayah Pasudan, Jawa Barat.
Penamaan wayang golek karena wayang terbuat dari bahan kayu yang
menyerupai bentuk manusia.

Boneka dari kayu itulah disebut golek sehingga dinamakan wayang golek.

Pengertian wayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
merupakan boneka tiruan yang terbuat dari pahatan kulit, kayu, dan
sebagainya.

Boneka ini dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukkan
drama tradisional.

Di Jawa Barat, kesenian wayang golek difungsikan ke dalam dua bentuk
pagelaran, yaitu sebagai media hiburan dan upacara ritual.

Pertunjukkan wayang golek dilakukan secara tatap langsung, artinya
ada tatap langsung antara dalang dengan penonton.

Dalang bertindak sebagai pencerita maupun sebagai pemain wayang.

Sejarah Wayang Golek

Dalam tulisan berjudul Pewarisan Seni Wayang Golek di Jawa Barat, karya
Soni Sadono, Catur Nugroho, dan Kharisma Nasionalita disebutkan bahwa
keberadaan wayang golek tersebar mulai Cirebon di sebelah timur sampai
Banten di sebelah barat.

Bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat kerap juga
dipertunjukkan kesenian wayang golek.

Masyarakat Jawa Barat mulai mengenal wayang golek sejak 1455 Saka atau
1533 Masehi dalam prasasti batutulis.

Pendapat lain mengatakan bahwa penyebaran wayang golek di Jawa Barat
semasa Pemerintahan Raden Patah dari Kerajaan Demak. Lalu, wayang golek
disebarkan oleh Wali Songo.

Awalnya, pertunjukkan wayang golek diselenggarakan oleh priyayi atau
kaum bangsawan Sunda, baik di lingkungan istana atau kabupaten.
Pertunjukkan wayang golek dilakukan untuk kepentingan pribadi maupun
keperluan umum.

Bagi masyarakat Jawa Barat, kecuali Cirebon dan Indramayu. wayang golek
disebut dengan wayang golek saja. Sedangkan, masyarakat Cirebon
dan Indramayu menyebutnya dengan wayang golek purwa.

Pertunjukkan wayang golek dilakukan untuk kepentingan pribadi maupun
keperluan umum.

Cerita dan Tokoh Wayang Golek

Cerita wayang bersumber pada kitab Ramayana dan Mahabarata. Cerita
ini digunakan untuk pertunjukkan pada wayang kulit maupun wayang golek.

Kemudian oleh dalang, cerita dikembangkan sesuai dengan tradisi
pertunjukkan wayang.

Saat ini, wayang golek lebih dominan sebagai pertunjukkan rakyat.

Wayang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat,
baik kebutuhan spiritual maupun materiil.

Wayang golek kerap hadir ketika ada perayaan, hajatan, khitanan,
pernikahan, dan lain-lain.

Tokoh punakawan wayang golek sedikit berbeda dengan wayang kulit.

Pada wayang kulit, tokoh punakawan terdiri dari Semar, Petruk, Gareng,
dan Bagong.

Dalam wayang golek, tokoh punakawan terdiri Semar, Cepot, Dawala,
dan Gareng.

Tokoh punakawan merupakan karakter khas dalam wayang Indonesia. Karakter
ini akan mengindikasikan beragam peran, antara lain penasehat para
kesatria, penghibur, kritik sosial, badut, bahkan sumber kebenaran dan
kebijakan.

Wayang Golek Asep Sunandar Sunarya

Almarhum Asep Sunandar Sunarya merupakan dalang wayang golek kawakan.
Dalang Asep Sunandar Sunarya telah mengeyam prestasi pendalangan
hingga ke luar negeri

Dalam mendalang, Asep Sunandar Sunarya terpacu oleh Wali Songo
yang menggunakan wayang sebagai media dakwah.

Supaya lebih efektif, Asep yang berpulang pada 31 Maret 2014 memodifikasi
tema cerita pementasan, modifikasi tokoh, bahkan berkolaborasi dengan
pelawak Sunda dalam pementasannya.

Terbukti dalam program Asep Show yang pernah tayang di salah satu televisi
pada kurun waktu 2000 menjadi program yang selalu ditunggu penonton.

Asep Sunandar Sunarya adalah dalang wayang golek yang berusaha menjembatani
perbedaan antara penikmat seni populer dan etnik.

Dengan kehandalan Asep dalam mengemas cerita, wayang goleng menjadi sajian
pertunjukkan yang menarik tanpa tergerus zaman.

Sumber : http://repository.uinbanten.ac.id/34, http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id,
dan http://media.unpad.ac.id/t

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/06/175439878/mengenal-wayang-golek-dari-sejarah-hingga-dalang-asep-sunandar-sunarya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com