Salin Artikel

Sejarah Kota Bandung hingga Mendapat Julukan Paris van Java

Sejarah Kota Bandung sudah dimulai sejak kawasan nusantara diduduki Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Sekitar tahun 1488, VOC membuka perkebunan di daerah yang sekarang masuk wilayah Kota Bandung. Sejak itu wilayah ini terus mengalami perkembangan.

Keberadaan Kota Bandung semakin menarik perhatian publik pada saat itu. Perkebunan yang dibuka VOC berkembang kian pesat.

Sehingga pada tahun 1786, VOC membangun inftrastruktur jalan yang akan menghubungkan Batavia dengan Bandung.

Jalan yang dibangun itu melintasi beberapa kota seperti Bogor, Cianjur, Bandung, dan berlanjut ke Sumedang dan Cirebon.

Paris van Java

Perkembangan politik di Eropa seiring keberhasilan Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte menduduki beberapa negara termasuk Belanda turut berpengaruh pada Nusantara.

Berhasil menaklukkan Belanda berart Napoleon berhak atas wilayah koloni Belanda termasuk Hindia Belanda. Sehingga kontrol terhadap wilayah Nusantara pun berada di tangan Napoleon.

Untuk itu, dikirim seorang Gubernur Jenderal untuk Hindia Belanda bernama Herman Willem Daendels. Selain berkuasa, Daendels juga bertugas mempertahankan tanah Jawa dari serangan Inggris.

Pada tahun 1810, Daendels pun memulai proyek mercusuar dengan membangun jalan raya sepanjang 1.000 kilometer.

Jalan yang diberi nama Jalan Raya Pos atau De Grote Postweg itu menghubungkan ujung barat dan ujung timur Jawa. Salah satu kota yang dilintasi jalan ini adalah Bandung.

Bandung kian populer dengan adanya Jalan Raya Pos ini. Komunikasi lintas budaya pun terjadi di Bandung.

Keindahan Bandung rupanya mengingatkan orang-orang Barat akan indahnya Paris di Prancis. Maka Bandung lantas dijuluki “Paris van Java” atau Paris-nya Pulau Jawa.

Namun Entin Supriatin dalam buku Otobiografinya yang berjudul Deritapun Dapat Ditaklukkan, menjelaskan versi lain Bandung dijuluki Paris van Java.

Menurutnya, di Jalan Braga terdapat banyak toko yang menjual barang-barang, terutama fesyen dari Paris.

Ada satu toko pakaian yang terkenal saat itu, yaitu Modemagazinj ‘au bon Marche’. Toko ini menjual gaun wanita mode Paris.

Bandung Lautan Api

Secara administratif dimulai pada abad ke-19. Kota ini berdiri atas kehendak Bupati Bandung ke-6, yaitu RA. Wiranatakusumah II (1794-1829).

Sosok RA. Wiranatakusumah II saat ini dikenal sebagai “Pendiri Kota Bandung”.

Pada perjalanannya, proses pendirian Kota Bandung dipercepat oleh oleh Daendels melalui surat keputusan tertanggal 25 September 1810.

Hingga saat ini, tanggal 25 September ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Bandung.

Sejak resmi menjadi kota, Bandung telah menjelma sebagai saksi bisu beragam peristiwa penting dalam kelahiran bangsa Indonesia.

Salah satu peristiwa penting itu adalah Bandung Lautan Api yang terjadi pada 24 Maret 1946.

Melansir Kompas.id, peristiwa heroik ini merupakan bukti perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru diperoleh.

Saat itu, Sekutu dan Belanda mengultimatum agar Tentara Rakyat Indonesia (TRI) meninggalkan Bandung sejauh 10-11 kilometer dari pusat kota.

Menanggapi ultimatum tersebut, TRI dan rakyat memutuskan untuk membumihanguskan kota, sehingga peristiwa itu dikenal dengan Bandung Lautan Api.

Aksi bumi hangus ini dilakukan terhadap bangunan vital agar tidak bisa digunakan oleh Sekutu dan Belanda.

Proses bumi hangus Kota Bandung dimulai pada pukul 21.00 WIB. Bangunan pertama yang diledakkan adalah gedung Bank Rakyat, yang disusul bangunan vital lainnya.

Aksi bumi hangus juga dilakukan di beberapa tempat seperti Cicadas, Banceuy, Braga dan Tegallega.

Anggota TRI juga membakar markas dan asrama mereka, sementara rakyat juga membakar rumah masing-masing.

Akibat pembakaran tersebut, Bandung diselimuti asap hitam yang menggumpal di angkasa.

Sumber:
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/sejarah-peristiwa-bandung-lautan-api
https://binus.ac.id/bandung/2019/12/sejarah-singkat-kota-bandung/
https://regional.kompas.com/read/2021/04/04/212431678/sejarah-kota-bandung-dan-asal-mula-sebutan-paris-van-java?page=all
https://humas.bandung.go.id/berita/r-a-wiranatakusumah-ii-the-founding-father-kota-bandung

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/08/081000678/sejarah-kota-bandung-hingga-mendapat-julukan-paris-van-java

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com