Salin Artikel

Masjid Agung Sang Cipta Rasa: Sejarah, Arsitektur, dan Keunikannya

Masjid Agung Sang Cipta Rasa hingga saat ini masih beroperasi sebagai tempat ibadah umat Islam. Masjid ini juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya sejak 4 Oktober 1999 silam.

Di dalam kompleks masjid terdapat pemakaman yang berisi 21 petak makam. Pemakaman ini lokasinya di sudut halaman masjid bagian barat daya, dan hanya berupa gundukan tanah yang diberi susunan bata dengan nisan polos dari batu.

Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dilakukan pada tahun 1498. Pembangunan yang diprakarsai Sunan Gunung Jati, namun pelaksanaan pembangunan dipimpin oleh Sunan Kalijaga.

Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, konon Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini dibangun dalam waktu satu malam saja.

Artinya, masjid dibangun hari ini, dan keesokan paginya sudah bisa digunakan untuk shalat subuh secara berjemaah.

Selain dipimpin Sunan Kalijaga, pembangunan masjid ini juga diarsiteki oleh Raden Sepat dari Majapahit. Pembangunan juga melibatkan 200 orang santri dari Demak.

Nama Sang Cipta Rasa yang disematkan pada masjid ini memiliki makna yang cukup mendalam. Maknanya, masjid ini merupakan bentuk pengejawentahan rasa dan kepercayaan.

Selain Sang Cipta Rasa, masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Pakungwati. Hal ini disebabkan karena masjid berada di dalam kompleks Keraton Pakungwati, Kesultanan Cirebon.

Adapula masyarakat yang menyebutnya sebagai Masjid Kasepuhan, karena saat ini masjid terletak di depan Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat.

Sebagai gantinya, atap masjid ini berbentuk limas bersusun tiga. Gaya ini juga ditemukan pada atap Masjid Agung Demak yang dibangun beberapa waktu sebelumnya.

Ruang utama masjid berukuran 17,80 x 13,30 meter. Terdapat enam ruangan di dalamnya, yang dikelilingi tembok setinggi 3 meter.

Di dalam masjid terdapat 30 buah tiang utama yang berbentuk bulat dengan diameter 40 centimeter. Tiang-tiang itu berdiri di atas umpaknya masing-masing.

Di antara tiang yang ada terdapat tiang atau saka tatal, yaitu tiang yang dibuat dari serpihan kayu yang disatukan. Saka tatal ini juga terdapat di Masjid Agung Demak.

Dinding bangunan inti tidak sampai menempel ke atap. Tinggi dinding sekitar 3 meter, dengan tebal 56 centimeter. Dinding berfungsi sebagai pemisah antara ruang dalam dan serambi.

Terdapat 44 lubang angin dinding bangunan inti ini. Lubang angin berbentuk belah ketupat bergerigi.

Kompleks Masjid dikelilingi tembok yang memiliki hiasan belah ketupat dan berbentuk segi enam bergerigi.

Bagian atas tembok terdapat pelipit rata dari susunan batu bata yang bagian atas dan bawahnya dibuat mengecil. Bentuk ini oleh masyarakat setempat disebut dengan candi laras.

Terdapat enam buah pintu pada tembok yang mengelilingi masjid. Tiga pintu di sebelah timur, satu pintu di utara, dan dua di timur atau tengah.

Gerbang utama terletak di sebelah timur bagian tengah. Gerbang ini berhiaskan sayap bersusun tiga pada bagian puncaknya. Selain itu juga ada lengkungan berhiaskan candi laras.

Bagian atap gerbang terdapat gapura, lengkap dengan kaligrafi Arab. Sementara kanan kiri gerbang berhiaskan candi laras.

1. Sang Rengga

Mimbar masjid bernama Sang Rengga. Mimbar ini terbuat dari kayu yang letaknya menempel pada dinding barat masjid. Tinggi mimbar ini 2,30 meter, lebar 60 centimeter, panjang 1,22 meter.

Mimbar ini berbentuk seperti kursi, dan memiliki tiga anak tangga yang menyatu dengan lantai. Terdapat banyak hiasan berupa motif bunga, salur-saluran, dan dedaunan di mimbar Sang Rengga ini.

2. Prabayaksa

Ini adalah nama untuk serambi masjid yang ada di sisi selatan dinding bangunan inti. Serambi ini berukuran 29 x 6,40 meter.

Lantainya terbuat dari ubin merah, memiliki 14 kayu bulat yang terdiri dari dua lajur, dan 13 tiang persegi di bagian luar.

3. Pamandangan

Pada serambi ini terdapat 30 batang tiang kayu yang terdiri atas 3 baris. Di sinilah terdapat saka tatal, yang letaknya di sudut tenggara bagian luar tembok bangunan inti.

Saat ini saka tatal itu dililit dengan lempengan besi, serta ada empat tiang besi lain yang berfungsi menggantikan fungsi saka tatal dalam menyangga atap.

4. Sang Guru Mangir

Berikutnya adalah Sang Guru Mangir. Ini adalah nama yang disematkan untuk bedug Masjid Agung Sang Cipta Rasa.



Bedug Sang Guru Mangir dibuat langsung oleh Sunan Kalijaga. Ia tergantung pada batang balok melintang di sudut antara serambi barat dan utara masjid.

5. Narpati

Narpati merupakan nama untuk pintu masuk utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Pintu ini berukuran paling besar, yaitu tinggi 2,40 meter dan lebar 1,24 meter.

Narpati memiliki 2 daun pintu, masing-masing berukuran panjang 1,95 meter dan lebar 53,5 centimeter. Daun pintu ini memiliki hiasan berupa ukiran bunga bakung, salur-saluran, dan bingkai cermin.

Sumber:
Researchgate.net 
Cagarbudaya.kemdikbud.go.id

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/13/085254878/masjid-agung-sang-cipta-rasa-sejarah-arsitektur-dan-keunikannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke