Salin Artikel

Sejarah Gedung Sate: Penamaan, Isi, Arsitek, dan Pemindahan Ibu Kota

KOMPAS.com - Gedung Sate merupakan bangunan khas di Kota Bandung sebagai kantor gubernur Jawa Barat.

Gedung Sate merupakan bangunan mencapuradukkan gaya arsitektur yang membuat Gedung Sate tampil menawan dan selalu menempel dalam ingatan setiap bertandang ke Bandung.

Pada zaman kolonial gedung yang saat ini beralamat di Jl. Diponegoro No 22 Bandung dikenal dengan nama bangunan Gouvernements Bedrijven disingka "GB" atau Pusat Administrasi Pemerintah.

Gedung Sate dirancang oleh arsitek Belanda Ir. J. Gerber dari Jawatan Gedung-gedung Negara (landsgebouwendients), dibantu oleh sebuah tim yang terdiri dari Kol Geni (Purn) V.L. slor dari Genie Militair, Ir, E.H. De Roo dan Ir. G. Hendriks yang mewakili Bugerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau PU dan Gemeentelijk Bouwbedriff (perusahaan bangunan kotapraja) Bandung.

Para arsitek tersebut merancang Gedung Sate dengan langgam arsitektur terispirasi gaya bangunan Italia di Zaman Renaissance.

Seperti bangunan yang didirikan oleh BOW, selain mengungkapkan kesan anggun, indah, megah, dan monumental, penataan bangunan umumnya berbentuk simetris.

Selain itu juga, adanya pemakaian elemen lengkung yang ritmis, berulang-ulang (repetisi) sehingga menciptakan irama arsitektur yang menyenangkan, indah, dan unik.

Perpaduan Arsitektur Timur dan Barat Gedung Sate

Pada, dinding fasade depan Gedung Sate terdapat ornamen berciri tradisional, seperti pada bangunan candi-candi Hindu. Sedangkan ditengah-tengah bangunan induk Gedung sate, tegak berdiri menara dengan atap tersusun atau yang disebut "tumpang", seperti Meru di Bali atau atap Pagoda.

Di bagian atas atap, ada bagian yang menjulang menyerupai tusukan sate. Secara populer, rakyat memberi nama gedung itu "gedung Sate".

Bangunan menjadi unik bentuknya, karena merupakan eksperimen dari pencarian sebuah identitas arsitektur tradisional Indonesia dengan kemahiran konstruksi barat. Hal ini dapat dilihat dari bangunan gedung sate atau bangunan induk kampus ITB, yang sering disebut sebagai Indo Europeeschen Architectuur stijl atau Gaya Arsitektur Indonesia Eropa.

Maestro Arsitek dari Negeri Belanda Dr Hendrik Petrus Berlage dalam kunjungan ke Bandung pada April 1923 menyatakan bahwa bangunan Gedung Sate beserta kompleks Pusat Perkantoran Instansi Pemerintah Sipil Hindia Belanda di Bandung merupakan karya besar.

Rencana Pemindahan Ibu Kota Hindia Belanda di Bandung

Pembangunan Gedung Sate erat kaitannya dengan rencana Pemerintah Kolonial Belanda di zaman Gubernur Jenderal J.P. Van Limburg Stirum yang memerintah pada 1916-1921.

Ia melaksanakan usulan H.F. Tileman, 1916, seornag ahli kesehatan lingkungan dari Semarang agar ibu kota Nusantara, Hindia Belanda, dipindahkan dari Batavia ke Bandung.

Pemindahan ibu kota tersebut berikut pemindahan instansi. Sejumlah bangunan instansi atau departemen pemerintah akan didirikan disekitar Gedung Sate.

Namun pada 1930 an, terjadi resesi ekonomi sehingga rencana pemindahan ibukota dan bangunan-bangunan pemerintahan pusat dari Batavia ke Bandung tidak dilanjutkan.

Sedangkan, bangunan yang telah terlanjur dibangun adalah Gedung Sate, Kantor Pusat Pos dan Giro, Laboratorium dan Museum Geologi serta Gedung Dwi Warna.

Dalam masa perang kemerdekaan Gedung Sate memiliki historis. Pada, 3 Desember 1945, tujuh orang pemuda pejuang yang mempertahankan bangunan tersebut gugur melawan pasukan Ghurka yang datang menyerang. Kini, monumen peringatan pahlawan itu tegak di depan Gedung Sate.

Sumber: https://jabarprov.go.id/ind 

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/19/000918378/sejarah-gedung-sate-penamaan-isi-arsitek-dan-pemindahan-ibu-kota

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke