Salin Artikel

Sejarah Suku Sunda, dari Budaya, Bahasa, hingga Pakaian Adat

KOMPAS.com - Sejarah Sunda mencakup kurun waktu yang sangat panjang, yakni dari masa prasejarah hingga masa sejarah.

Masa prasejarah dalam sejarah Sunda berakhir kala ditemukan bukti-bukti berupa prasasti dari kerajaan Tarumanegara.

Dalam buku Sunda, Sejarah, Budaya, dan Politik, karya Reiza D Dienaputra disebutkan bahwa bukti-bukti prasejarah di Sunda antara lain ditemukan di sejumlah tempat di Jawa Barat. Di Cianjur terdapat di Gunung Padang, Pasir Pogor, Bukit Tongtu, Bukit Kasur, Gunung Putri, Lembah Duhur, Pasir Manggu, dan Pasir Gada.

Di Sukabumi, bukti-bukti prasejarah Sunda ditemukan di Pangguyangan, Tugu Gede, Ciarca, Salak Datar, dan Batu Jolang. Selain itu, butik-bukti tersebut terdapat di Bandung, Garut (Cimareme), Kuningan (Cipari, Cigadung, Cangkuang, Cibuntu, Hululingga, Darmaloka, Batu Tilu, Panyusupan, Cibubur, Balongkagungan, dan Nagog) dan Ciamis (Karangmulya).

Era sejarah dalam sejarah Sunda dimulai sejak abad ke 5 atau sejak ditemukannya prasasti kerajaan Tarumanegara yang telah berlangsung hingga lebih dari 15 abad.

Periodesasi Sejarah Sunda

Mengingat rentang waktu yang panjang, untuk mengenal sejarah Sunda secara umum dapat membagi dalam dua periodesasi besar, yakni masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan.

Masa sebelum kemerdekaan dalam sejarah Sunda meliputi masa Hindu-Buddha, masa Islam, masa penetrasi Barat, dan masa penetrasi Jepang.

Masa Hindu Buddha antara lain ditandai munculnya dua kerajaan besar, yaitu kerajaan Tarumanegara (abad V-VII) dan kerajaan Sunda (abad VII-XVI).

Masa Islam antara lain ditandai dengan munculnya dua kesultanan besar, yakni kesultanan Cirebon dan kesultanan Banten.

Masa penetrasi Barat di Sunda ditandai oleh munculnya rezim penguasan Barat, mulai VOC, Inggris , hingga pemerintah kolonial Belanda.

Masa penetrasi Jepang ditandai oleh berkuasanya pemerintah pendudukan Jepang dan Sunda.

Pada masa kemerdekaan, perkembangan sejarah Sunda secara umum sering mengikuti pola perkembangan yang terjadi di pusat.

Meskipun terkadang, era kemerdekaan sejarah Sunda memiliki keunikan tersendiri. Geliat kehidupan lokal belum tentu terjadi pada tingkat nasional, begitupun sebaliknya.

Sejarah Sunda di era kemerdekaan sarta dengan berbagai peristiwa besar, yaitu yang menampilkan keberanian dan responsif orang Sunda dengan peristiwa besar.

Peristiwa-peristiwa tersebut berupa perstiwa Bojongkokosan, Bandung Lautan Api, Konggres Pemuda Sunda, aksi mahasiswa dalam masa transisi pemerintahan Soekarno ke Soeharto, aksi mahasiswa di akhir kekuasaan Soeharto, aksi-aksi kerusuhan anti Cina, dan Konferensi Internasional Budaya Sunda.

Pakaian Adat Sunda

Budaya Sunda merupakan salah satu satu budaya tertua di Indonesia. Pakaian adat Sunda tidak terlepas dari sejarah.

Pakaian adat Sunda dibedakan berdasarkan kasta atau strata sosial masyarakat Sunda yang berkembang pada masa itu. Ada 3 pakaian yang dibedakan berdasarkan kelompok masyarakat bawah, atas, dan bangsawan. Meskinpun untuk zaman sekarang, perbedaan pakaian sudah tidak relevan lagi.

Berikut pakaian untuk tingkatan masyarakat di Sunda pada zaman dulu:

1. Pakaian Untuk Kalangan Bawah, Baju Pangsi dan Kebaya Sunda dan Kain Kebat

Pakaian yang digunakan terlihat sederhana dan usang. Pakaian ini biasanya digunakan untuk kaum petani di kalangan masyarakat Sunda.

Pakaian laki-laki - biasanya menggunakan celana  berukuran besar, disebut celana komprang atau pangsi. Untuk atasannya dinamakan baju salontreng. Sering juga, atasan dan bawahan disebut pangsi. Pakaian dilengkapai dengan sarung slempang.

Alas kaki menggunakan sandal tarupah dari kayu. Aksesorisnya berupa sabuk, ikat kepala (logen) dengan model Barambang Semplak dan Hanjuang Nangtung.

Pakaian perempuan - Biasanya menggunakan kain batik panjang (sarung kebat) atau juga disebut Sinjang Bundel sebagai bawahan.

Pakaian dilengkapi dengan beubeur disebut juga sabuk atau ikat pinggang ditambah kamisol dan kebaya. Alas kaki menggunakan jepit keteplek.

2. Pakaian Untuk Kalangan Atas, Variasi Kebaya

Pakaian untuk kalangan atas terlihat lebih rapi dan berwibawa dibandingkan pakaian untuk kalangan bawah. Pakaian kalangan atas biasa dipakai kaum menengah yang berprofesi sebagai pedagang, pengusaha atau saudagar.

Pakaian laki-laki - pakaian berwarna putih sejenis jas disebut Baju Bedahan. Pakaian dipadukan dengan kain kebat yang disarungkan, memakai sabuk dan ikat kepala yang disebut bengker. Sebagian kalangan menengah atas juga memakai arloji dengan rantai berwarna keemasan yang digantung di kantong pakaian sebagai aksesoris.

Pakaian perempuan - wanita biasanya memakai pakaian kebaya dengan aneka dan corak dipadukan dengan sanggul dikepala dan kain kebat sebagai rok bawahan. Tidak ketinggalan ikat pinggang dan selendang warna. Alas kaki menggunakan kelom geulis dan beberapa perhiasan untuk aksesoris.

3 Pakaian Kaum Bangsawan, Jas Beludru Sulam Benang Emas

Pakaian laki-laki - baju adat Sunda yang digunakan sehari-hari terdiri dari jas beludru. Jas ini terbuat dari benang emas tepat pada bagian ujung lengan. Celana panjang motif yang serupa dengan jas dan sabuk emas. Sebagian tutup kepala menggunakan bendo dan sandal selop hitam untuk alas kaki.

Pakaian perempuan - baju adat sunda yang dikenakan adalah kebaya berbahan beludru hitam yang disulam dengan tambahan manik-manik. Kain kebat dengan motif rereng sebagai bawahan. Alas kaki menggunakan selop beludru hitam. Aksesoris yang digunakan berupa sanggul rambut dengan konde dan perhiasan.

Sumber: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-c dan https://perpustakaan.id/

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/19/131842678/sejarah-suku-sunda-dari-budaya-bahasa-hingga-pakaian-adat

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke