Salin Artikel

Perjuangan Terapis Pijat Tunanetra, Bertahan dan Saling Bantu di Tengah Pandemi

Tak berapa lama, seorang petugas menghampiri Soni dengan formulir di tangannya.

Petugas yang berkaus hitam itu kemudian membantu Soni mengisi formulir donor darah.

Selang beberapa menit, nama Soni dipanggil untuk menyumbangkan darahnya di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad), Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.

"Saya rutin jadi donor darah sejak 2016, karena jadi donor darah itu enak ke badan," kata Soni kepada Kompas.com, Selasa (15/2/2022).

Soni yang merupakan disabilitas tunanetra ini mengaku tidak ada persiapan khusus.

Hal yang penting hanya istirahat yang cukup dan menjaga kesehatan.

Soni mengatakan, kapan pun ada kesempatan untuk jadi donor, ia akan menyumbangkan darahnya.

Meskipun dalam keadaan sulit, selama bisa membantu orang banyak, dia akan turun tangan untuk membantu.

"Karena saya yakin, darah yang saya sumbangkan bisa membantu orang yang membutuhkan. Selain donor, saya juga mengajarkan membaca Al Quran braile secara gratis," tutur dia.

Selama pandemi, mengajarkan baca Al Quran braile dilakukan secara online.

Dengan mengajar, terkadang ia lupa bahwa dirinya sedang kesulitan.

Bertahan dalam impitan pandemi

Soni mengatakan, tidak mudah bagi disabilitas tunanetra seperti dirinya bertahan di tengah impitan ekonomi, karena pandemi Covid-19.

Ia mengingat bagaimana saat virus corona ini pertama kali melanda Indonesia. Dua bulan pertama, ia memilih pulang kampung ke Tasikmalaya.

Sebelum pandemi, Soni bekerja sebagai terapis pijat.


Namun, saat Covid-19 melanda, tempatnya bekerja tutup seiring dengan kebijakan pembatasan yang dikeluarkan pemerintah.

Dua bulan kemudian, ia kembali ke Bandung karena dijanjikan tempat pijat kembali beroperasi.

Namun, ternyata tempat pijat tetap tutup, bahkan sampai sekarang.

Saat itu, ia memilih bertahan di kontrakan ukuran 5x5 meter dengan perasaan resah yang kadang menghampiri.

Suatu hari, langganannya menghubungi dirinya.

Ia pun memutuskan untuk menerima pijat di kontrakannya. Lagi-lagi, pandemi tidak menguntungkannya.

Dalam sepekan, paling hanya ada 2-3 orang yang pijat.

Bayarannya Rp 60.000 per jam.

Dalam sebulan, penghasilannya bisa mencapai Rp 480.000.

Namun, angka itu jauh lebih kecil dari biaya sewa kontrakan sebesar Rp 600.000 per bulan.

Tak kehilangan akal, Soni memilih berjualan makanan ringan.

Namun, penghasilannya masih tidak sesuai ekspektasi.

"Malah banyak yang enggak lakunya. Jadi saya enggak lama jualan makanan ringan," tutur dia.

Untungnya, bantuan dari donatur ataupun pasien yang dipijat selalu ada.

Setidaknya, ia tidak pernah merasa kekurangan makanan. Sebab, bantuan makanan selalu datang.

"Tapi, anehnya tidak ada bantuan dari pemerintah," kata Soni.

Bantuan pemerintah hanya ada untuk anaknya yang duduk di kelas VII SMP.

Sang anak mendapatkan bantuan lewat Kartu Indonesia Pintar (KIP).


Saling membantu meski terbatas

Meski ekonominya terpukul selama pandemi, Soni bersyukur diberikan kesehatan dan masih bisa membantu sesama.

Salah satunya bisa menjadi donor darah.

Penggagas acara donor darah Fikom Unpad, Herlina Agustin mengatakan, ada 12 disabilitas yang ikut kegiatan ini.

"Ketika tahu ada donor darah, mereka (komunitas disabilitas) akan saling memberitahu dan datang untuk menyumbangkan darahnya," tutur Herlina.

Herlina menjelaskan, event ini sengaja digelar untuk membantu Palang Merah Kota Bandung.

Selama pandemi, jumlah donor berkurang, sedangkan kebutuhan darah tetap tinggi.

Untuk itulah ia menggelar cara tersebut selama 3 hari, dari 15-17 Februari 2022.

Bagi yang berminat, bisa datang ke Kampus Fikom Unpad di Jatinangor, Sumedang, dengan terlebih dahulu mengisi form di sini.

"Siapa pun bisa daftar," kata Herlina.

https://bandung.kompas.com/read/2022/02/16/101837078/perjuangan-terapis-pijat-tunanetra-bertahan-dan-saling-bantu-di-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke