Salin Artikel

Soal Harga Daging Sapi di Kabupaten Bandung Naik, Ini Kata Disperindag

BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diperindag) Dicky Anugerah, mengatakan harga daging di pasar di Kabupaten Bandung masih terhitung normal.

Hal ini, kata dia, sesuai dengan laporan yang bersumber dari aplikasi Sistem Informasi Barang Pokok dan Barang Penting (Sibapokting) yang dikembangkan oleh Disperindag Kabupaten Bandung.

"Soal isu harga daging sapi naik, kita bisa pantau di Sibapokting harga daging di Kabupaten Bandung masih normal, di kisaran harga Rp 125 sampai Rp 130 ribu, jadi terhitung masih normal," katanya dihubungi, Rabu (2/3/2022).

Dicky mengatakan, selama satu bulan ke belakang, harga daging sapi masih normal.

Ia menduga, harga kenaikan daging sapi itu dialami oleh pedagang yang menjual daging impor.

"Ini apakah daging impor yang naik? Kalau daging impor itu kembali ke sistem Kementerian Perdagangan masuk ke cukainya atupun biaya masuknya, atau bisa jadi negara pengimpornya yang kurang. Kalau lokal, mungkin ada peternak-peternak sapi kita yang mengalami gagal panen dari aspek ternak," ujarnya.

Meski demikian, Dicky menyebut tetap mengantisipasi apabila terjadi lonjakan harga daging atau kebutuhan lainnya.

Paling tidak, katanya, pemerintah mencari tahu penyebab awal kenaikan yang berujung pada solusi.

"Tentunya kita harus berkordinasi bagaimana ataupun penyebab apa dari harga daging yang saat ini mengalami kenaikan, kan daging itu ada daging lokal dan daging impor. Kita juga senang tiasa menjaga stabilitas harga, kedua harus siap menyediakan ketersediaan pangan atau kebutuhan pokok. Apalagi Pak Bupati meminta kita untuk mengantisipasi kenaikan menjelang Ramadan," tuturnya.

Sebelumya, harga daging sapi di beberapa lokasi mulai melonjak tinggi.

Seperti Dadah (42), salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Cileunyi, Kabupaten Bandung, mengaku menjual harga daging sampai Rp 130 ribu.

Sebetulnya harga tersebut, kata Dadah, merupakan hasil kelonjakan dari tahun sebelumnya.

Meski menjual dengan kisaran tersebut, ia mengaku masih ingin menjual dengan harga lebih, lantaran tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkannya.

"Sebetulnya harganya sudah enggak sesuai, tapi kami mencoba menyesuaikan saja, inginnya menjual dengan harga Rp 135 ribu sampai Rp 140 ribu tapi gimana kita juga liat situasi, kebanyakan pasar jualnya di bawah Rp 130 ribu," ucapnya.

Selain itu, kenaikan harga daging sapi sempat membuat para pedagang daging sapi di seluruh wilayah Indonesia akan melakukan aksi mogok.

Namun, kata Dadah, aksi tersebut urung dijalankan, lantaran sudah terbangun kesepakatan dengan pihak terkait tentang harga daging sapi.

"Gak ada yang tutup, kalau mau tutup harus kompak. Bisa dicek coba di semua di pasar, baik Bandung atau Kabupaten, kalau ada yang tutup nanti juga ada yang ingatkan, kecuali bukan anggota JAPPDI, jadi gak ada pemberitahuan mogok," katanya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/03/02/171600078/soal-harga-daging-sapi-di-kabupaten-bandung-naik-ini-kata-disperindag

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com